Monday, February 2, 2015

MAKALAH PANAS PELARUTAN, PANAS PENGENDAPAN, PANAS NETRALISASI



PANAS PELARUTAN, PANAS PENGENDAPAN, PANAS NETRALISASI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN
·         Untuk mengetahui hukum yang mendasari percobaan
·         Untuk mengetahui jenis-jenis panas reaksi
·         Untuk mengetahui besarnya panas pelarutan,panas pengendapan dan panas netralisasi dari percobaan



















BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energy panas dan energy kimia, ilmu yang mempelajarin hubungan antara energy panas dengan energi kimia, sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yg dikandung setiap unsur atau senyawa. Energy kimia yang terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan dinyatakan dengan simbol H selisih antara entalpi dan reaktan dan entalpi hasil pada reaksi tersebut oerubahan entalpi reaksi. Perubahan entalpi berupa ΔH. Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat yang menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut termokimia. Secara oprasionaltermokimia berkaitan dengan pengukuran atau penafsiran perubahan kalor, yang melewati reaksi kimia, perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.(klenefer, word. 1989)
Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor kerja dan bentuk lain energy dengan keseimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan. Termokimia erat hubungan dengan termodinamika karena termikimia berkaitan dengan pengukuran atau penafsiran perubahan kalor yang melewati reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan.
Panas reaksi yang mengakibatkan dan melibatkan penetralisasi asam oleh basa dikenal sebagai panas netralisai. Panas netralisasi asam kuat dan basa kuat adalah konstan yaitu -55,90 kJmol-1  . Tetapi panas netralisasi asam lemah dan basa lemah kurang dari -55,90 kJmol-1 , karena asam atau basa menjadi ion-ion kation dan anion, sedangkan sam kuat dan basa kuat terdisosiasi sempurna dan reaksinya hanyalah :
            H+ (dalam air) + OH- (dalam air) = H2O
Sehingga :
            DH = DH ionisasi + DH netralisasi
            (klenerferter,1990)
Kalor reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan produk dan reaktan pada volume konstan (DE) atau pada tekanan konstan (DH) sebagai contoh adalah reaksi :
Reaktan (T)            Produk (T)
DE = Eproduk – Ereaktan
Pada temperature konstan dan volume konstan
DH = Hproduk – Hreaktan
Pada temperature konstan dan tekanan konstan.
Untuk menentukan perubahan panas reaksi kimia, dipakai calorimeter besrnya panas reaksi kimia dapata dinyatakan pada :
§  Tekanan tetap
§  Volume tetap
Termokimia mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan-perubahan fisika pelarutan, peleburan, dan sebagainya. Satuan tenaga panas = kalori ; joule (1 joule = 0,24 kal); Kkal.
            Proses pelepasan energy sebagai kalor disebut eksoterm. Semua raksi pembakaran adalah eksoterm. Proses yang menyerap energy sebagai kalor disebut endoterm, contohnya adalah penguapan air. Proses endoterm dalam sebuah wadah adiabatic menghasilkan penurunan temperature sistem, proses eksoterm menghasilkan kenaikan temperature. Proses endroterm yang berlangsung dalam wadah diatermik, pada kondisi eksoterm, dalam wadah diatemik menghasilkan
aliran energy kedalam sistem sebagai kalor. Proses eksoterm dalam wadah diatemik menghasilkan pembebasan energy sebagai kalor dalam lingkungan.
Electron pada suatu atom, ion atau molekul dalam fase gas adalah entalpi proleh electron DH0ea.
E(g) + e(g)                 E               DH0ea  
Entalpi pembentukan dan disosiasi ikatan
Merupakan entalpi standar untuk proses dimana ikatan A-B dipatahkan.
                               A-B(g)                    A(g) + B(g)                     DH0 = (A-B)
A dan B dapat berupa atom atau kelompok atom, seperti dalam :
                               CH3OH(g)                       CH3(g) + OH(g)                DH0(CH3OH) = +380 kJmol-1 
Larutan merupakan campuran homogen antara molekul, atau maupun ion dari dua zat atau lebih. Wujud dari larutan bisa berupa padatan, cair ataupun gas yang terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solute sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solvent. Proses pencampuran zat terlarut dan pelarut berbentuk larutan disebut pelarut. Pada proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dan zat terlarut. Bila komponen zat terlarut di tambahkan terus menerus kedalam pelarut, pada suatu titik komponen yang di tambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Menurut daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non elektolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Berdasarkan uraian di atas, maka percobaan ini penting dan perlu untuk dilakukan untuk mengetahui prinsip larutan dan kelarutan serta pengaruh kelarutan dan kelarutan terhadap perbedaan larutan elektrolit dan non elekterolit, serta jenis-jenis larutan. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kelarutan serta mengetahui pengaruh sifat zat terlarut dan pelarut terhadap kelarutan. Dengan mengetahui suatu kelarutan suatu zat, maka kita dapat menentukan kadar kelarutan obat dalam tubuh dan memperkirakan banyaknya zat pelarut secara sempurna.( http://www.chwm-is-try.org/materi_kimia)
Neutralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan ion hidroksida membentuk air. Dalam bab ini kita hanya mendiskusikan netralisasi di larutan dalam air
Limbah dari beberapa industri dapat bersifat asam maupun basa, untuk itu netralisasi sangat diperlukan agar air limbah dapat tetap diolah pada bangunan. Selanjutnya, dan tidak mengganggu proses pengolahan selanjutnya. Untuk pengolahan secara biologis pH yang dibutuhkan antara 6,5 - 8,5  agar aktivitas pengolahan biologis tidak terganggu. Adapun macam-macam dari proses netralisasi adalah :
Ini merupakan sistem aliran ke bawah atau ke atas. Dimana maximum kecepatan hydrolik untuk sistem aliran ke bawah adalah 1 gal / (min, ft2) (4,07.10-2 m3/min, m2). Konsentrasi asam dibatasi hingga 0,6 % H2SO4 jika H2SO4 ada dan melapisi butiran kapur dengan bahan CaSO4 & CO2. Kecepatan hydrolik loading dapat bertambah dengan sistem aliran ke atas karena hasil dari reaksi dijaga sebelum adanya pengendapan. 
Jenis netralisasi ini tergantung dari macam-macam bahan basa yang digunakan Magnesium adalah bahan basa yang sangat reaktif dalam asam kuat dan digunakan pada pH di bawah 4,2.
Netralisasi dengan menggunakan bahan basa dapat didefinisikan berdasarkan faktor titrasi dalam 1 gram sampel dengan HCl yang dididihkan selama 15 menit kemudian dititrasi lagi dengan 0,5 N NaOH dengan menggunakan phenolpthalen sebagai buffer. Mencampurkan bahan-bahan basa dapat dilakukan dengan pemanasan maupun pengadukan secara fisik. Untuk bahan yang sangat reaktif, reaksi terjadi secara lengkap selama 10 menit. Bahan-bahan basa lainya yang dapat digunakan sebagai netralisasi adalah NaOH, Na2CO3 atau NH4OH. (Brady, james. E1999)
Banyak bahan asam kuat yang efektif digunakan untuk menetralkan air limbah yang bersifat basa, biasanya yang digunakan adalah sulfaric atau hydrochloric acid. Asap gas yang terdri dari 14 % CO2 dapat digunakan untuk netralisasi dengan melewatkan gelembung-gelembung gas melalui air limbah CO2 ini terbentuk dari carbonik acid yang mana dapat bereaksi dengan basa. Reaksi ini lambat tapi cukup untuk mendapatkan pH antara 7 hingga 8. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan spray tower. (3)
Adapun beberapa sistem yang digunakan untuk bangunan netralisasi ini adalah :
-          Sistem Batch, yang digunakan untuk aliran air limbah hingga 380 m3/hari
-          Sistem continouse, dengan  pH control dimana dibutuhkan udara untuk pengadukan dengan minimum aliran air 1-3 ft3/mm, ft2 atau 0,3-0,9 m3/mm, m2 pada kedalaman 9 ft (2,7 m)
Sistem pengadukan mekanis, dimana daya yang digunakan 0,2-0,4 hp/thausand gal ( 0,04 - 0,08 kW/m3











BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
·         Beaker glass
·         Erlenmeyer
·         Gelas ukur
·         Thermometer
·         Botol aquadest
·         Hot plate
·         Labu dewar
·         Pipet tetes
·         Spatula
·         Stopwatch

3.2 Bahan
·         AgNO3(aq)
·         KI(aq)
·         HCl(aq) 0,02 N
·         NaOH(aq) 0,02 N
·         Aquadest

3.3 Prosedur Percobaan
            A. Panas pelarutan
·         Diukur masing-masing NaOH(aq) 0,02 N dan HCL(aq) 0,02 N sebanyak 10 ml
·         Diukur suhu awal HCL(aq) 0,02 N
·         Dimasukkan NaOH(aq) 0,02 N kedalam Erlenmeyer dan dipanaskan hingga suhu 500C
·         Dicampurkan NaOH dan HCL secara bersamaan kedalam labu dewar dan dihidupkan stopwatch
·         Diukur suhu campuran saat detik ke 30:60:90:120 dan 150


B. Panas pengendapan
·         Dilarutkan sebanyak 2 gram KI dengan aquadest kedalam Erlenmeyer
·         Dilarutkan sebanyak 2 gram AgNO3 dengan 10 ml aquadest dalam Erlenmeyer
·         Diukur suhu awal KI
·         Diukur suhu awal AgNO3
·         Dicampurkan kedua larutan tersebut kedalam labu dewar secara bersamaan dan dihidupkan stopwatch
·         Diukur suhu campuran saat detik ke 30:60:90:120 dan 150.




















BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan
a. panas pelarutan
No
NaOH (aq) 0,02 (ml)
Hcl (aq) 0,02 (ml)
Waktu (s)
Suhu (°c)
1
10
10
30
50
2
10
10
60
47
3
10
10
90
46

b. panas pengendapan
No
KI                       (ml)
AgNo3             (ml)
Waktu (s)
Suhu (°c)
1
10
10
30
28
2
10
10
60
28
3
10
10
90
28

c. panas netralisasi
No
NaOH (aq) 0,02 (ml)
HCl (aq) 0,02 (ml)
Waktu (s)
Suhu (°c)
1
10
10
30
27
2
10
10
60
27
3
10
10
90
27

4.2 Reaksi Percobaan
NaOH + HCl → NaCl + H2O
KI + AgNO3 → KNO3 + AgI

4.3 Perhitungan
a. Panas pelarutan
VHCL = 10 ml
VnaOH = 10 ml
T HCL = 1. 50, 2. 47, 3. 46
TNaOH = 50

T =
1.
T =
2.
T =
3.
T =

C =
1.
C =
C =
C= 0
2.
C =
C = 650
3.
C =
C = 485
Q lepas = V naOH (T NaOH – T)
1.
= 10 (50 - 50)
= 0
2.
= 10 (50 – 48,5)
= 15
3.
= 10 (50 – 48)
= 20

Q terima = (C + V HCL) (T – T HCL)
1.       
                = (0 +10) (50 - 50)
                = 0
2.      = (650 + 10) (48,5 – 47)
= 1005
3.      = (485 + 10 ) (48 – 46)
= 990

b. Panas netralisasi
VHCL = 10 ml
VnaOH = 10 ml
T HCL = 1-3 27
TNaOH = 30
1-3                           
T =
T =
C =
C =
C = 383,3

Q lepas = V naOH (T NaOH – T)
                = 10 (30 – 28,5)
                = 15
Q terima = (C + V HCL) (T – T HCL)
                = (0 +10) (28,5 - 27)
                = 15

c. panas Pengendapan
V AgNO3 = 10 ml
V KI = 10 ml
T AgNO3 = 1-3 28
T KI = 29

T =
T =
C =
C =
C= -1

Q lepas = V KI (T KI – T)
                = 10 (29 -28,5)
                = 5
Q terima = (C + V AgNO3) (T – T AgNO3)
                = (0 +10) (29 – 28,5)
                = 5
Maka panas pelarutan, H1 :
= (C + V HCL + V NaOH) (T NaOH – T)
= (378 +10 +10) (50 -50)
= 0
Maka panas netralisasi H2 :
= (C + V HCL + V NaOH) (T NaOH – T)
= (383 +10 +10) (30 -28,5)
= 603

Maka panas pengendapan H3 :
= (C + V AgNO3 + V KI) (T KI – T)
= (0 +10 +10) (29 -28,5)
= 10

4.4 Diskusi
Pada proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dan zat terlarut. Bila komponen zat terlarut di tambahkan terus menerus kedalam pelarut, pada suatu titik komponen yang di tambahkan tidak akan dapat larut lagi.


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  KESIMPULAN
1.      Jadi,hukum yang mendasari percobaan adalah hukum Hess
2.      Setelah melakukan percobaan ini,kami mengetahui bahwa ada beberapa jenis-jenis panas reaksi yaitu:
a.       Panas pelarutan adalah yang di lepaskan atau di serap ketika satu mol senyawa di larutkan dengan sejumlah pelarut.
b.      Panas pengendapan di lakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil pada temperatur tingii.
c.       Panas netralisasi adalah jumlah panas yamg di lepaskan ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya.
3.      Kami sudah mengetahui besarnya tiap-tiap panas pelarut,panas pengendapan,dan panas netralisasi dari percobaan yang kami lakukan.
a.       panas pelarutan : 1.100
b.      panas netralisasi : 20
c.       panas pengendapan : 20


5.2  SARAN
1.                  Sebaiknya para praktikan wajib teliti dalam perhitungan percobaan ini.
2.                  Sebaiknya cucilah tangan hingga bersih setelah pecobaan ini selesai. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3.                  Sebaiknya gunakanlah alat-alat laboratorium dengan baik,agar tidak pecah ataupun kerusakan-kerusakan lainnya.








DAFTAR PUSTAKA

Brady, james. E 1999. Kimia universitas azaz struktur jilid 1edisi ke-5.                                       
          Jakarta:BinarupaAksara.
Klenefelter, word. 1989.kimia untuk universitas jilid.1.ed.6.jakarta : Erlangga
Penuntun praktikum Kimia Fisika Tisna Hermawan, S.Si., M.,Si.

No comments:

Post a Comment