PENENTUAN DENSITAS CAIRAN DAN PADATAN
BAB
I PENDAHULUAN
Ketika
kita membahas benda getar, kita berpikir tentang gumpalan materi tertentu,
seperti balok kayu, bloa bisbol, atau batang logam. Besaran fisika yang
membantu dalam menerapkan hukum Newton adalah massa dan gaya.
Contohnya, kita dapat mengatakan, bahwa sebuah balok 3,6 kg terangkat oleh gaya
sebesar 25 N.
Dengan
fluida, kita akan lebih tertarik pada zat yang lebih luas dan pada sifat yang
dapat bervariasi dari titik ke titik dalam zat tersebut. Akan lebih tepat
membahas densitas dan tekanan dari pada massa dan gaya.
1.1
TUJUAN
PERCOBAAN
1.
Untuk mengetahui
densitas
2.
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi densitas
3.
Untuk mengetahui
aplikasi dari percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Densitas
Untuk
menemukan densitas p sebuah fluida
pada titik manapun, kita isolasi suatu elemen yang memiliki volume yang kecil (∆V)
di sekitar titik tersebut dan mengukur massa fluida ∆m yang terkandung dalam elemen tersebut. Maka rumus densitasnya adalah
Dalam
teori, densitas pada titik manapun dalam fluida adalah batas dari rasio
tersebut seiring dengan semakin mengecilnya volume elemen ∆V pada titik tersebut. Pada penerapannya, kita
asumsikan sampel fluida tersebut besar, relatif terhadap dimensi atomik dan
bersifat “mulus” (dengan densitas yang seragam), bukan “bongkahan” atom. Asumsi
ini membuat kita menyimpulkan bahwa:
(densitas
seragam)
Di mana m dan V adalah massa dan volume sampel.
Densitas
adalah besaran skalar; satuannya dalam SI adalah kg/m3. Tabel
menunjukkan densitas beberapa zat dan densitas rata-rata beberapa objek. Tapi
bahwa densitas gas bervariasi tergantung pada tekanan, tetapi densitas cairan
tidak demikian; maka dapat kita simpulkan bahwa gas dapat dimampatkan sedangkan cairan tidak dapat dimampatkan.
Tekanan
Pasang
sebuah sensor tekanan di dalam penampung yang berisi fluida, seperti sensor
tersebut terdiri atas piston dengan luas permukaan ∆A yang berada di dalam silinder tertutup dan diletakkan berhadapan
dengan sebuah pegas. Susunan tersebut membuat kita dapat mencatat jumlah di
mana pegas (dikalibrasi) yang dimampatkan oleh fluida di sekelilingnya,
sehingga mengindikasikan besarnya gaya ∆F
yang bekerja normal terhadap piston.
Dalam
teori, tekanan pada titik mana pun dalam fluida merupakan batas dari tabel ini
karena luas permukaan ∆A piston yang terpusat pada titik tersebut dibuat lebih kecil dan
semakin mengecil. Namun, jika gaya pada area datar A seragam, dapat merumuskan persamaan sebagai berikut:
(tekanan
dari gaya yang seragam pada area datar)
Di
mana F adalah besarnya gaya normal
pada area A. (ketika kita menyatakan
sebuah gaya itu seragam pada sebuah area, maksudnya adalah bahwa gaya tersebut
terdistribusi secara merata ke setiap titik area tersebut).
Melalui
percobaan, kita mengetahui bahwa pada titik tertentu di dalam fluida yang diam,
tekanan p yang ditentuka oleh
persamaan memiliki nilai yang sama tanpa mempedulikan orientasi sensor tekanan
tersebut. Tekanan adalah besaran skala, tidak memiliki sifat arah. Memang benar
bahwa gaya yang bekerja pada piston atau sensor tekanan kita merupakan besaran
vektor, tetapi persamaan hanya melibatkan besarnya gaya tersebut sebagai sebuah
besaran skalar.
Satuan
SI tekanan adalah newton per meter persegi, yang diberi nama khusus, yaitu
pascal (Pa). Dalam negara-negara yangbersistem metrik, alat pengukur tekanan
baru dikalibrasi dalam kilopascal. Pascal tersebut berkaitan dengan beberapa
satuan tekanan umum lainnya (non-SI) sebagai berikut:
1
atm = 1,01 x 105 Pa = 760 torr = 14,7 lb/in2
Atmosfer
(atm). seperti namanya, adalah perkiraan tekanan rata-rata atmosfer pada
permukaan laut. Torr (berasal dari
nama Evangelista Torricelli, yang menemukan barometer merkuri pada tahun 1674)
sebelumnya disebut milimeter merkuri
(mm Hg). Berat pon per inci persegi sering disingkat menjadi psi.
Densitas ( Rapatan )
Rapatan
diperoleh dengan membagi massa suatu objek dengan volumenya.
(d) =
Suatu
sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut
sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu
sifat yang tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang
merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat
intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak
tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti.
Satuan
SI untuk Rapatan adalah kg/m3 atau gr/cm3, tetapi
kadang-kadang dapat pula dinyatakan dalam g/mi atau, untuk gas adalah g/I.
Massa
1000 cm3 air pada 40C dan tekanan atmosfer normal adalah
hampir tepat (tetapi hanya sedikit sekali kurang dari) 1 kg. Rapatan dari air
dibawah keadaan ini adalah 1000 g/ 1000 cm3 = 1,000 g/cm3.
Karena volume berubah menurut suhu sedangkan massa tetap, Rapatan merupakan
fungsi dari suhu. Pada suhu 200C Rapatan dari air adalah 0,998 g/cm3.
Rapatan pada 200C untuk dua jenis cairan adalah etil alkohol 0,789
g/cm3, karbon tetraklorida 1,59 g/cm3, dan rapatan untuk
yang berbentuk padat, aluminium 2,70 g/cm3, besi 7,86 g/cm3,
timbal 11,34 g/cm3, emas 19,3 g/cm3. Perhitungan numerik
yang menyangkut konsep Rapatan terdapat pada sub-Bab 1 – 10.
Ada
teka-teki kuno yang berbunyi: “Manakah yang lebih berat, satu ton batu bata
atau satu ton bulu?”. Jawaban yang betul adalah beratnya sama, dan setiap orang
yang menjawab jawaban itu berdasarkan atas arti dari massa – sebuah pengukuran
jumlah bahan dari suatu materi. Seseorang yang menjawab bahwa bahwa batu bata
lebih berat dari bulu adalah orang yang bingung terhadap konsep massa dan
Rapatan. Materi dalam batu bata adalah lebih padat dibandingkan dengan di dalam
bulu, jadi, batu bata memiliki volume yang lebih kecil, atau batu bata lebih
padat di bandingkan bulu.
Densitas
atau Massa Jenis
Massa jenis
atau densitas (density) suatu batuan secara harafiah merupakan
perbandingan antara massa dengan volume total pada batuan tersebut. Secara
sederhana, suatu batuan memiliki dua komponen, komponen padatan dan komponen
rongga (pori). Keberadaan komponen padatan maupun komponen rongga mempunyai
nilai yang beragam pada tiap-tiap batuan sehingga massa jenis dari suatu batuan
berbeda dengan batuan yang lainnya. Ilustrasi pada gambar di bawah menunjukan
dua jenis batuan yang terdiri dari presentase padatan dan rongga yang
berbeda-beda. Namun rongga yang terdapat pada batuan tersebut juga dapat terisi
oleh fluida, seperti air, minyak, ataupun gas bumi. Persentase rongga yang
terisi oleh fluida dikenal dengan istilah kejenuhan fluida, untuk air dinamakan
saturasi air (Sw), untuk hidrokarbon (minyak dan gas bumi) dikenal
dengan saturasi hidrokarbon (SHC).
Model Matriks dan Rongga pada Batuan
Pengaruh komponen padatan terhadap
densitas batuan.
Komponen
padatan yang terdapat pada batuan juga dapat memiliki masa jenis yang
berbeda-beda juga. Massa jenis ini dikenal dengan istilah densitas matriks,
yang dapat dirumuskan melalui rumus seperti demikian:
ρm=
m/V …(1)
Apabila
komponen padatan pada kedua batuan tersebut adalah kuarsa, maka densitas
matriks (ρm) untuk kedua batuan tersebut adalah densitas dari kuarsa
(yaitu sekitar 2,65gr/cc atau 2,65kg/l). Perhatikan bahwa meskipun massa jenis
dari komponen kuarsa sama, tetapi karena persen rongga pada kedua batuan
tersebut (gambar di atas) berbeda, maka densitas dari kedua batuan tersebut
akan berbeda-beda. Pada batuan yang pertama komponen padatannya 80% sedangkan
pada batuan kedua 60%, sehingga densitas dari batuan yang komponen padatannya
berupa kuarsa tersebut adalah 80% . 2,65gr/cc = 2,12gr/cc untuk batuan yang pertama
dan 60% . 2,6gr/cc = 1,59gr/cc untuk batuan yang kedua. Dengan demikian
hubungan antara densitas matriks dengan densitas total dari suatu batuan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
ρ
= ρm . (1-φ) … (2) dengan φ: persen rongga atau
porositas
Pengaruh saturasi fluida terhadap
densitas batuan.
Tiap-tiap
fluida akan mempunyai densitas tertentu pula, nilai ini dapat berbeda ataupun
sama antara masing-masing fluida tergantung pada komponen fluida tersebut,
temperatur, dan salinitasnya. Air, sebagai salah satu fluida yang merupakan
fluida utama penyusun batuan dikatakan memiliki densitas yang berbeda-beda pada
temperatur dan salinitas yang berebeda. Semakin saline (banyak
kandungan garamnya) maka densitanya akan bertambah, dan mengenai temperatur:
masih ingatkah kalian pelajaran SMP/SMA yang mengajarkan kalian tentang anomali
air? Tetapi secara umum, kita dapat merumuskan pengaruh densitas yang dibawa
oleh air/fluida lainnya terhadap densitas batuan, yaitu seperti berikut ini:
ρ
= ρm . (1-φ) + ρf . φ . Sf …
(3)
·
fluida berupa
air
ρ = ρm .(1-φ) + ρw . φ. Sw …
(4)
·
saturasi air
100%
ρ = ρm . (1-φ) + ρw . φ … (5)
·
mengandung
HC
ρ = ρm . (1-φ) + ρw . φ . Sw +
ρHC . φ . (1-Sw) … (6)
Darimanakah
rumus (6) berasal? Dengan menganggap bahwa semua pori batuan sedimen terisi
penuh oleh fluida, maka besaran volume untuk tiap-tiap komponen penyusun batuan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Ilustrasi Volume pada Batuan
Sehingga
untuk suatu batuan yang terdiri dari matriks, air, dan hidrokarbon, rumusnya
dijabarkan sebagai berikut:
massa jenis
batuan total = massa jenis batuan dari matriks + massa jenis batuan dari air +
massa jenis batuan dari HC
ρ = ρbat m + ρbat W +
ρbat HC
ρ = mmatriks / Vbatuan +
mair / Vbatuan + mHC / Vbatuan
ρ = mmatriks /
(Vmatriks / (1- φ)) + mair / (VW /
φ . SW) + mHC / (VHC / φ . (1-SW))
ρ = ρm . (1-φ) + ρw .
φ . Sw + ρHC . φ . (1-Sw) …(6)
Jadi secara
singkat, jawaban dari pertanyaan “Mengapa massa jenis batuan berbeda-beda?”
adalah sebagai berikut:
·
Tiap batuan memiliki komposisi
matriks yang berbeda-beda,
·
Tiap batuan memiliki porositas yang
berbeda-beda,
·
Tiap batuan terisi oleh fluida pada
rongganya yang mungkin berbeda jenisnya dengan saturasi yang berbeda pula, dan
·
Tiap batuan memiliki kondisi fisik
(temperatur) dan kimia (salinitas) yang berbeda-beda,
Sehingga
oleh karena hal di atas maka massa jenis tiap batuan berbeda-beda.[1]
Satuan SI
massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3)
Massa jenis
berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.
Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis
yang sama.
Satuan massa
jenis dalam 'CGS [centi-gram-sekon]' adalah: gram per sentimeter kubik (g/cm3).
1 g/cm3=1000 kg/m3
Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan
1000 kg/m3
Selain
karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk menghitung, maka
massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2 menghitung massa jenis,
atau yang dinamakan 'Massa Jenis Relatif'
Rumus massa
jenis relatif = Massa bahan / Massa air yang volumenya sama
Densitas
kamba merupakan perbandingan antara berat bahan denganvolume ruang yang
ditempatinya dan dinyatakan dalam satuan g/ml. Nilai densitaskamba menunjukkan
porositas dari suatu bahan. Perhitungan densitas kamba inisangat penting,
selain dalam hal konsumsi terutama juga dalam hal pengemasandan penyimpanan.
Menurut Panggabean (2004), makanan dengan densitas kambayang tinggi menunjukkan
kepadatan produk ruang yang kecil.
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
·
Piknometer
·
Neraca Analitis
·
Botol Aquadest
·
Pipet Tetes
3.2 Bahan
·
Piknometer kosong
·
Aquadest
·
NaCl 0,1 N
·
NaCl 0,2 N
·
NaCl 0,3 N
3.3 Prosedur Percobaan
·
Mula-mula
piknometer dikosongkan, dikeringkan lalu
ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat massanya.
·
Dilakukan
sebanyak tiga kali
·
Dimasukkan
aquadest kedalam piknometer lalu ditimbang dan dicatat massanya, dilakukan
sebanyak tiga kali
·
Dilakukan
prosedur yang sama untuk larutan NaCl 0,1 N, 0,2 N, dan 0,3 N
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
No
|
Sampel
|
m1
|
m2
|
m3
|
m rata-rata
|
D
|
1
|
Piknometer Kosong
|
0,88
|
0,89
|
0,89
|
0,88
|
-
|
2
|
Aquadest
|
0,89
|
1,0
|
1,0
|
0,96
|
0,016
|
3
|
NaCl 0,1 N
|
1,0
|
1,1
|
1,1
|
1,06
|
0,036
|
4
|
NaCl 0,2 N
|
1,2
|
1,2
|
1,1
|
1,17
|
0,056
|
5
|
NaCl 0,3 N
|
1,3
|
1,2
|
1,3
|
1,26
|
0,076
|
4.2 Reaksi Percobaan
4.3 Perhitungan
1. Mengukur densitas sampel
d =
1.1 Aquadest
d =
d = 0,016 gr/ml
1.2 NaCl 0,1 N
d =
d = 0,036 gr/ml
1.3 NaCl 0,2 N
d =
d = 0,056 gr/ml
1.4 NaCl 0,3 N
d =
d = 0,076 gr/ml
4.4 Diskusi
Dalam mencari densitas suatu sampel, bahwa faktor yang
sangat berpengaruh dalam penentuan Densitas adalah Konsentrasi. Dengan adanya
konsentrasi, massa suatu sampel dapat berubah. Yang otomatis dapat merubah
nilai dari Densitas.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Densitas dari
Aquadest 0,016 gr/ml, NaCl 0,1 N 0,036 gr/ml, NaCl 0,2 N 0,056 gr/ml, NaCl 0,3
N 0,076 gr/ml.
2.
faktor-faktor
yang mempengaruhi densitas yaitu:
·
Suhu
·
Tekanan
·
Viskositas
·
Tegangan
permukaan
·
Konsentrasi
3.
Aplikasinya
yaitu dalam mencari konsentrasi sampel yang dititrasi dengan bahan baku dalam
analisis volumetri.
5.2 Saran
5.2.1
Diharapkan untuk
praktikum selanjutnya diberikan teori yang bersangkutan yang jelas apa
pembahasan dari setiap sumber buku dijadikan patokan untuk menulis kembali
teori yang digunakan.
5.2.2
Sebaiknya untuk
praktikum selanjutnya diberikan contoh dalam melakukan percobaan agar praktikan
dapat mudah mengerti apa yang telah dicontohkan.
5.2.3
Diharapkan untuk
praktikum selanjutnya agar asisten dapat meyediakan alat dan bahan praktikan
selama melakukan percobaan. Agar tidak ada kendala dalam melakukan percobaan
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H., 1992, Kimia Dasar : Prinsip dan
Terapan Modern, Terjemahan
Suminar,
Erlangga, Jakarta.
Bird, Tony, 1987, Kimia Fisik untuk Universitas,
Terjemahan Kwee Ie Tjien, PT
Gramdeia,
Jakarta.
Halliday, David, 1990, Fisika Dasar, Terjemahan Tim
Pengajar Fisika ITB,
Erlangga,
Jakarta.
[1] Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan
volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula
massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total
massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis
lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada
benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
No comments:
Post a Comment