ISOTERM ADSORPSI LANGMUIR FREUNDLICH
BAB I PENDAHULUAN
1.1
TUJUAN
PERCOBAAN
1. Untuk
mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi
2. Untuk
mengetahui perbedaaan antara adsorpsi fisika dan adsorbs fisika.
3. Untuk
mengetahui fungsi penambahan arang aktif pada percobaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Adsorpsi adalah pengumpulan zat terlarut
dipermukaan media dan merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau
cair yang kontak dengan zat lainnya. Proses ini menghasilkan akumulasi
konsentrasi zat terlarut dipermukaan media setelah terjadi kontak antara muka
atau bidang batas cairan-cairan gas dan cairan padatan dalam waktu tertentu.
Adsorpsi adalah prosespenyerapan molekul atau cairan kedalam bagian dalam media
tersebut dimana seolah-olah molekul yang setiap menjadi bagian media
keseluruhan media tersebut.
Sebelum molekul untuk proses adsorpsi, dan
secera partikel untuk proses kimia, sarapan telah ditumukan Langmuir pada tahun
1916 dan menggunggungkan nama nya kepada sebuah isotherm adsorpsi, kimia
sarapan merupakan proses yang digambarkan seperti akhir nya sebuah molekul dari
keseluruhan adsorpen dan asal isotherm adsorpsi merupakan hasil dari sebuah
penyelidikan mengenal keseimbangan yang berada diantara fase gas parsial yang
menyusun sebuah lapisan. (2)
Factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
adsorpsi dari suatu adsorpen adalah
1. Luas
permukaan adsorpen, semakin luas permukaan adsorpen dari suatu adsorbat yang
diserap, sehingga adsopsi dari suatu adsorben dapat semakin banyak, semakin
kecil diameter partikel suatu adsorben maka semakin luas permukaan adsorbennya.
2. Ukuran
partikel semakin kerut ukuran partikel
maka semakin besar adsorpsi ukuran diameter dalam bentuk butir adalah
lebih dari 0,1 MN sedangkan ukuran diameter dalam serbuk adalah 200 mesh.
3. Waktu
kontak, semakin lama waktu kontak maka semakin mungkinkan proses difusi dan
penenpelan molekul adsorbet bertanggung lebih baik konsentrasi zat-zat organic
akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasa sekitar 10 sampai 15
menit.
4. Distribusi
ukuran pori, distribusi akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat
yang masuk ke dalam partikel adsorben, kebanyakan zat adsorpsi merupakan bahan
yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori atau
letak-letak tertentu didalam partikel tersebut.
Isoterm
adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase tetra adsorpsi pada permukaan adsorben
dengan fase ruas saat kesetimbangan pada temperature tertentu.
Dan
asal isotherm merupakan hasil dari sebuah penyelidikan mengenal kesetimbangan
yang berapa diantara fase gas parsial yang menyusun sebuah lapisan. Teori
Langmuir memberikan hubungan kepada tingkat penguapan yang bisa diambil dari
praksi yang kondusif dari permukaan tegangan dan dapat ditulis KIO. Menurut
kesetimbangan sederhana mengasumsikan yang tidak mengenal komplikasi dan
mungkin bisa meluas kan perusakan asumsi sederhana pada sebuah penguapan
keseimbangan ke KIO. Tingkat konsentrasi yang di nomor molekul perunit daerah perunit waktu ( Barrow, 6,
1972 ) (1)
Fisisorpsi
terdapat antara aksi van der waals antara adsorbent, dan subtrant, antraksi van
daer waals mempunyai jarak jauh, tetapi lemah dan energy yang dilepaskan jika
partikel terfosorpsi dapat di ukur dengan mempunyai orde besaran yang sama
dengan entalpi, kondensasi. Kuantitas energy sekicil ini dapat di adsorpsi
sebagai vibrasi kisi dan dihilangkan sebagai gerakan ternal. Entalpi fisisorpsi
dapat diukur dengan mencatat kenaikan temperatur sampel dengan kapasitas kalor
yang diketahui dan nilainya khas berada sekitar 20 kj mol perubahan entalpi
yang kecil ini tidak cukup untuk menghasilkan pemutusan ikatan, sehingga
molekul yang terdissoprsi dapat tetap mempertahankan identitasnya, walaupun,
molekul itu dapat terdistorsi dengan adanya permukaan dan demikian sorpsi
partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia ( ikatan kovalen
) dan ceenderung dan mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya
dengan subtrat. Entalpi kimisorpsinya adalah 200 kj mol molekul yang
terkimoisorpsi jenuh lebih besr atau dapat terpisah katrena tuntutan valensi
atom permukaan yang tidak terpenuhi. (suehia, g : 1995) (3)
Pengujian
utama untuk membedakan kimsorpsi dan fisisoprsi adalah ukuran entalpi
adsoprsinya nilai yang kurang negatif dan 25 kj/mol. Molekul-molekul pada
permukaan zat padat atau zat cair mempunyai daya tarik kearah dalam, karena
tidak ada gaya yang lain yang mengimbangi adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat
padat dan cair mempunyai daya adsorpsi. Untuk suatu adsoprbent tertentu daya
serap zat padat terdapat gas tergantung ddari jenis adsorbentnya.
Jenis
gas luas permukaan adsorbent, temperatur gas dan tekanan ada 3 jenis isotherm
adsorpsi yang kita gunakan yaitu :
1. Isoterm
lansmuir, didasarkan bahwa adsorbent mempunyai permukaan yang homogeny dan
hanya dapat mengadopsi suatu molekul-molekul adsorbent, untuk setiap molekul
adsorbent. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang terserap. Semua
proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama, hanya terbentuk suatu
lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum.
2. Isoterm
brunaver, emment and teller (BET ). Didasakan asumsi bahwa adsorbent mempunyai
permukaan yang homogeny perbedaan isotrm ini dengan Langmuir adalah BET
beramsumsi bahwa molekul-molekul adsorbent bisa membentuk lebih dari satu
lapisan adsorphent dipermukaannya.
3. Isotherm
freundlich. Untuk rentang konsentrasi yang sangat kecil dan campur cair, dapat
digambarkan dengan persamaan emprik yang dikemukakan oleh freundlich didasarkan
pada asumsi adsorpsi mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai
potensi penyarapan yang berbeda-beda, kerja isotherm ada 2 macam yaitu :
·
Kurva isotherm yang
cenderung datar, artinya isotherm yang digunakan menyerap pada kasitas konstan
melebihi daerah keseimbangan.
·
Kurva isoterm yang
curam, artinya kasitas adssorpsinya meningkat sering dengan meningkatnya
konsentrasi kesetimbangan.
Adsorpsi ion logam oleh material padat secara kuantitatif mengikuti persamaan Langmuir, persamaan Langmuir
merupakan tinjauan teoritis proses adsorpsi. Persamaan tersebut dapat digunakan
pada adsorbsi oleh padatan. Konstanta pada persamaan adsorpsi Langmuir
menunjukkan besarnya adsorpsi maksimum oleh adsorbent (b)dan (K) menunjukkan
konstanta yang dihubungkan dengan energi ikat.
C / IX / MI = I KB + C
/ B
Persamaan tersebut dapat digunakan pada adsorbsi oleh padatan, konstanta
pada persamaan adsorpsi Langmuir menunjukkan nbesarnya adsorbsi maksimum (b)
oleh adsorbent dan k adalah konstanta
yang dihubungkan dengan energi ikat.
Untuk suatu adsorbent banyak nya gas
dapat diserap makin besar apabila temperature kritis semakin tinggi.
BAB III METODIOLOGI PERCOBAAN
3.1.ALAT
- Erlenmeyer 125 ml
-
beaker glass 250 ml
-
buret 25 ml
-
gelas ukur
-
Pipet tetes
-
pipet volume
-
bola karet
-
statif dan klem
-
corong kaca
-
spatula
-
kertas saring
-plastik
dan karet
-
botol aquadest
3.2.BAHAN
-
CH3COOH 0,01 N
-
CH3COOH 0,02 N
-
CH3COOH 0,03 N
-
CH3COOH 0,04 N
-
CH3COOH 0,05 N
-
Arang aktif
-
aquadest
-
indicator fenolftalein
3.3.PROSEDUR
PERCOBAAN
v Diukur
10 ml CH3COOH 0,01 N, kemudian dimasukkan ke dalam erlemenyer
v Ditambahkan
0,1 gram arang aktif lalu ditutup dengan plastic dan diikat dengan karet
v Dikocok
selama 5 menit lalu disaring
v Dipipet
sebanyak 5 ml fitrat kemudian ditambah kan 3 tetes indikator PP
v Dititrasi
dengan NaOH 0,02 N sampai larutan berubah warna dari bening menjadi merah rose
v Dilakukan
hal yang untuk CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH
0,04 N ; CH3COOH 0,05 N dengan waktu pengocokan 10 menit, 15 menit ,
20 menit, 25 menit
v Dicatat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
DATA PERCOBAAN
Isoterm Adsoprsi Langmuir dan Freunlich
No
|
Volume CH3COOH
(1ml)
|
Normalitas
CH3COOH (N)
|
Arang Aktif (g)
|
Indikator pp
(tetes)
|
Waktu (menit)
|
Volume NaOH (ml)
|
1
|
10
|
0,01
|
0,1
|
3
|
5
|
0,1 ml
|
2
|
10
|
0,02
|
0,1
|
3
|
10
|
0,3 ml
|
3
|
10
|
0,03
|
0,1
|
3
|
15
|
0.6 ml
|
4
|
10
|
0,04
|
0,1
|
3
|
20
|
0,9 ml
|
5
|
10
|
0,05
|
0,1
|
3
|
25
|
1,3 ml
|
4.2 PERHITUNGAN
1. Penentuan Konsentrasi COOH
V1.N1 =
V2.N2
Dimana :
V1 = Volume CH3COOH
N1 = Konsentrasi CH3COOH
V2 = Volume NaOH
N2 = Konsentrasi NaOH
1.)
V1.N1 = V2.N2
10 ml . N1 = 0,1 .
2
10ml N1 = 0,2
N1 = 0,02
2.
V1.N1 = V2.N2
10 ml . N1 = 0,3 .
2
10ml N1 = 0,6
N1 = 0,06
3.
V1.N1 = V2.N2
10 ml . N1 = 0,6 .
2
10ml N1 = 1,2
N1 = 0,12
4.
V1.N1 = V2.N2
10 ml . N1 = 0,9 .
2
10ml (N1) = 1,8
N1 = 0,18
5.
V1.N1 = V2.N2
10 ml . N1 = 1,3 . 2
10ml (N1) = 2,6
N1 = 0,26
2. penentuan nilai
log konsentrasi CH3COOH
X =
-log N
1.) X = -log 0,02
=
- 1,04
2.) X = -log
0,06
=
- 1,14
3.) X = -log
0,12
=
- 1,31
4.) X = -log
0,18
=
- 1,51
5.) X = -log
0,26
=
- 1,81
2. Penentuan nilai Y
Y = log
Dimana :
T = waktu (s)
M = Massa karbon
aktif (g)
X = Konsentrasi log
CH3COOH
1.) Y = log
Y = log (-52)
Y = 1,52
2.) Y = log
Y = log (-114)
Y = 0
3.) Y = log
Y = log (-196,5)
Y = 0
4.) Y = log
Y = log (-302)
Y = 0
5.) Y = log
Y = log (-452,5)
Y = 0
Tabel Metode Biasa
No
|
X
|
Y
|
1
|
-1,04
|
1,52
|
2
|
-1,14
|
0
|
3
|
-1,31
|
0
|
4
|
-1,51
|
0
|
5
|
-1,81
|
0
|
Keterangan :
X = -log N
Y = log
Tabel metode square
No
|
X
|
Y
|
XY
|
|
1
|
-
1,04
|
1,52
|
-
1,5808
|
1,0816
|
2
|
-
1,14
|
0
|
-
0
|
1,2996
|
3
|
-
1,31
|
0
|
-
0
|
1,7161
|
4
|
-
1,51
|
0
|
-
0
|
2,2801
|
5
|
-
1,81
|
0
|
-
0
|
3,2761
|
|
Æ©X = - 6,81
|
Æ©Y = 1,52
|
Æ©XY = -1,5808
|
= 9,6535
|
A. menentukan
nilai a dan b
a =
a =
a =
a =
a = 1,2938564
b =
b =
b =
b =
b = 2,0662324
b. menghitung
persamaan garis regrasi
Y = ax + b
Dimana : x = -logN
1.) Y = ax + b
Y = 1,2938564 (-1,04) + 2,0662324
Y = 0,7206217
2.) Y = ax + b
Y = 1,2938564 (-1,14) + 2,0662324
Y = 0,5912361
3.) Y = ax + b
Y = 1,2938564 ( -1,31) + 2,0662324
Y = 0,3712805
4.) Y = ax + b
Y = 1,2938564 ( -1,51) + 2,0662324
Y = 0,1125092
5.) Y = ax + b
Y = 1,2938564 ( -1,81) + 2,0662324
Y = -0,2756477
Tabel metode least
square
No
|
X
|
Y
|
1
|
-1,04
|
0,7206217
|
2
|
-1.14
|
0,5912361
|
3
|
-1,31
|
0,3712805
|
4
|
-1,51
|
0,1125092
|
5
|
-1,81
|
-0,2756477
|
Keterangan :
X = -log N
Y = persamaan garis
regresi
4.3 Reaksi Percobaan
1. CH3COOH + NaOH →
CH3COONa +
H2O
2.
CH3COOH + PP
3.
PP + NaOH
H2O
a.
Bening b.
Merah Rose
4.4 Diskusi
pengumpulan
zat terlarut dipermukaan media dan merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat
padat atau cair yang kontak dengan zat lainnya. Proses ini menghasilkan
akumulasi konsentrasi zat terlarut dipermukaan media setelah terjadi kontak
antara muka atau bidang batas cairan-cairan gas dan cairan padatan dalam waktu
tertentu. Adsorpsi adalah prosespenyerapan molekul atau cairan kedalam bagian
dalam media tersebut dimana seolah-olah molekul yang setiap menjadi bagian media
keseluruhan media tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. kesimpulan
Dari pratikum yang diperoleh dapat
disimpul kan sebagai berikut :
1. Factor-
factor yang mempengaruhi adsorbsi
v Luas
permukaan absorben
v Ukuran
partikel
v Waktu
kontak
v Distribusi
ukuran pori
2. Perbedaan
absorbso fisika dan absorbsi kimia
·
Absorbs fisika
v Terjadi
karena gaya vanderwaals
v Kesetimbangan
absorbs vesersible dan cepat
v Temperature
operasi dibawah temperature kritis
v Tebal
lapisan multilayer ( banyak lapisan )
·
Absorbs kimia
v Terjadi
karena adanya reaksi kimia antara molekul absorben dengan adsorbel
v Adsorbsi
terjadi karna ada pembentukan senyawa kimia ikatan nya kuat
v Temperature
operasi diatas temperature keritis
3. Fungsi
penambahan arang aktif pada percobaan
v Untuk
menyerapkan bau dari asam asetat (CH3COOH) dari ion ( H+)
v Untuk
menyerap zat dari sampel yang berupa minimum berwarna
5.2
SARAN
v Sebaiknya
dalam membuat larutan harus lebih berhati-hati dalam menentukan / melakukan
percobaan dari awal hingga akhir
v Sebaikanya
dalam menjalankan pratikan harus lebih memahami prosedur percobaan dengan baik
v Sebaiknya
dalam melakukan pratikan harus lebih memahami teori yang berkaitan dengan
percobaan yang dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
Barrow
, G,M ( 1992 ) . PHYSICAL CHEMISTRY . FOORTH EDITION MC
CROW – HILL BOOK COMPUNY , NEW YORK , PAGES 742 –
743
Vogel , ( 1990 )
Analisis Anorganik Kualitatif Makanan Dan Semimikro Jakarta :
Kalmun hal 89 – 100
Suebla , 6 , (
1995 ) : isoterm adsorpsi Langmuir 1 dan 2 PT . kalman Media
pustaka ;
Jakarta hal 175 - 190
No comments:
Post a Comment