HASIL KALI KELARUTAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Percobaan
·
Untuk
Mengetahui harga Ksp dari asam oksalat pada variasi volume aquadest 10, 20, 30,
40, 50
·
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi kelarutan
·
Untuk
mengetahui jenis larutan berdasarkan hubungan Q dengan Ksp
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kelarutan
suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur
tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut
merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik (Moechtar, 1989).
Karena
suatu larutan jenuh yang berhubungan dengan kelebihan solut membentuk
kesetimbangan dinamik, maka bilamana sistem tersebut diganggu, efek gangguan
tersebut dapat diramalkan berdasarkan kaidah Le Chatelier. Kita tahu bahwa
kenaikan temperatur menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah yang akan
mengabsorbsi panas.Karena, kalau solut tambahan yang ingin melarut dalam
larutan jenuh harus mengabsorbsi energi, maka larutan zat tersebut akan
bertambah jika temperatur dinaikkan. Sebaliknya, jika solut tambahan yang
dimasukkan ke dalam larutan jenuh menimbulkan proses eksotermik, maka solut
akan menjadi kurang larut jika temperatur dinaikkan (Moechtar, 1989).
Kaidah
Le Chatelier meramalkan bahwa kenaikan temperatur akan mengakibatkan perubahan
endotermik, yang untuk gas terjadi bilamana ia meninggalkan larutan. Oleh karen
aitu, gas-gas menjadi kurang larut jika temperatur zat cair di mana gas
dilarutkan menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh, mendidihkan air. Gelembung-gelembung
kecil tampak pada permukaan
panci sebelum pendidihan terjadi. Gelembung-gelembung tersebut mengandung udara
yang diusir dari larutan jika air menjadi panas.Kita juga menggunakan kelakukan
kelarutan gas yang umum bilamana kita menyimpan botol yang berisi minuman yang
diberi CO2 dalam almari es dalam keadaan terbuka. Cairan tersebut akan menahan CO2 yang
terlarut lebih lama bilamana ia dijaga tetap dingin, sebab CO2 lebih larut pada
temperatur-temperatur rendah. Lain contoh dari phenomenon ini adalah gas-gas
yang terlarut dalam air mengalir dalam telaga-telaga dan dalam sungai-sungai.
Kadar oksigen yang terlarut, yang merupakan keharusan bagi kehidupan marine,
berkurang dalam bulan-bulan dimusim panas, dibanding dengan kadar oksigen
selama musim dingin (Moechtar, 1989).
Aksi
pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon berbeda denga zat polar.
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion
elektrolit lemah dan kuat, karena tetapan dilektrtik pelarut yang
rendah.Sedangkan pelarut polar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan
tekanan yang sama melalui inter aski dipole induksi (Martin , 1990).
Larutan
terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat
padat tadi terbagi secara molecular dalam cairan tersebut .Kelarutan suatu zat
tergantung atas dua factor, yaitu luasnya permukaan dan kecepatan difusi.
Umumnya zat dengan molekul besar, kecepatan kecil disbanding dengan zat yang
molekulnya .dengan penggerusan kristal sampai halus, akan memperluas permukaan
sedangkan dengan pemanasan tidak hanya kelarutanya bertambah tetapi juga
menaikkan kecepatan difusi (Martin, 1990).
Jika
suatu larutan ditempatkan terpisah dari suatu contoh pelarut murni yang
digunakan dalam larutan itu hanya oleh suatu dinding berpori yang dapat
dilewati oleh molekul pelarut tetapi tidak oleh molekul zat terlarut, maka
molekul-molekul pelarut akan berpindah kedalam larutan kearah menyamakan konsentrasi larutan pada kedua
sisi dinding pemisah. Dinding pemisah yang bersifat seperti itu disebut membran
semipermeabel (semipermeable membrane). (Martin, 1990)
Kekuatan
tarik menarik antara atom-atom menyebabkan pembentukan molekul ion.Kekuatan
dari suatu intramolekuler yang berkembang diantara molekul-molekul seperti itu,
menentukan keadaan fisik bahan (yaitu padat, cair atau gas) pada kondisi
tertentu seperti suhu dan tekanan.Pada kondisi biasa kebanyakan senyawa
organik, jadi juga kebanyakan zat obat, berbentuk molekul suatu zat padat
(Howard, 1989).
Apabila
molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi gaya tarik menarik.
Menyebabkan molekul-molekul bersatu, sedangkan gaya tolak menolak mencegah
terjadinya interpenetrasi dan dekstruksi molekuler. Bila gaya tarik menarik dan
tolak menolak sama maka energi potensial diantara dua molekul adalah minimum
dan sistem itu paling stabil (Howard, 1989).
Kelarutan
suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum
larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut.Bila suatu pelarut
pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya
melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan
berbagai akan kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang
menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk m embuat larutan jenuh,
disebutkan dua contoh bahan sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu
larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP (Calcium Hydroxide Tropical Solution,
USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP (Potasium Iodide Solution, USP)
(Howard, 1989).
Menurut
metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup
baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai konsentrasi
dan botol dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai
kesetimbangan.Cairan supernatan dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis
(Alfred, 1990).
Higuchi
dan Lach menggunakan metode kelarutan untuk menyelidiki kompleksasi dari
p-amino asam benzoat (PABA) oleh kafeina. Hasil diplot seperti pada gamar
dimana titik A garis memotong sumbu tegak adalah kelarutan obat dalam air. Dengan penambahan
kafeina, kelarutan p-amino asam benzoat naik secara linear disebabkan karena kompleksasi.Pada
titik B, larutan dijenuhkan terhadap kompleks dan obat itu sendiri.Kompleks
terus terbentuk dan mengendap dari sistem jenuh apabila semakin banyak kafeina
ditambahkan.Pada titik C, semua kelebihan zat padat PABA telah masuk dalam
larutan dan telah diubah menjadi kompleks (Alfred, 1990).
Suatu
zat dapat melarut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu terbatas,
batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat
larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh
(Esteien Y, 2005).
Kelarutan
untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian
umumkadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada
pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut
adalah kelarutan pada suhu 200 dan
kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau satu
bagian volume zat cair larut dalam bagian tertentu volume pelarut. Pernyataan
kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali
dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring , serat
dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat
atau 1ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak
diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah (Ditjen
POM, 1979).
Istilah
kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat
Faktor yang
mempengaruhi kelarutan
-
Sifat dari solute dan
solvent
Substansi
polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar
lainnya.Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar
lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya Sifat pelarut (Sukardjo,
1977)
-
pH
Suatu
zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena tidak mudah
terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin sukar larut, sedangkan
semakin besar pKa maka suatu zat akan akan mudah larut (Lund, 1994).
-
Suhu
Kenaikan
temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses melarutnya melalui
penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan menurunkan kelarutan zat
yang proses melarutnya dengan pengeluaran panas/kalor (reaksi eksotermik)
(Lund, 1994).
-
Solution aditif.
Additivies
baik dapat meningkatkan atau mengurangi kelarutan zat terlarut dalam pelarut
tertentu (Lund, 1994).
-
Ukuran Zat Terlarut
Zat
terlarut dengan ukuran partikel kecil
(serbuk) lebih mudah melarut dibandingkan dengan zat terlarut yang berukuran
besar. Pada zat terlarut berbentuk serbuk, permukaan sentuh antara zat terlarut
dengan pelarut semakin banyak. Akibatnya, zat terlarut berbentuk serbuk lebih
cepatlarut dari pada zat terlarut berukuran besar (scribd.com)
-
Volume pelarut
Volume
pelarut yang besar akan lebih mudah melarutkanzat terlarut (scribd.com)
-
Pengadukan
Pengadukan
menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut dengan pelarut akan semakin
sering untuk bertabrakan. Hal ini menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin
cepat. (scribd.com)
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat
- Beaker glass
- Erlenmeyer
- Buret
- Corong
- Bola karet
- Statif dan
klem
- Batang
pengaduk
3.2
Bahan
- Aquadest
- H2C204.2H2O
- NaOH 2N
- Indikator PP
3.3
Prosedur Percobaan
1. Diukur
10ml aquadest dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
2.
Dimasukkan asam oksalat
sedikit demi sedikit sambil di aduk memakai batang pengaduk hingga
jenuh.
3. Disaring
dan dipipet filtratnya sebanyak 5ml menggunakan pipet volume dengan bantuan
bola karet.
4. Dimasukkan
ke dalam erlenmeyer dengan cara erlenmeyer dimiringkan sedangkan pipet tegak
lurus dikeluarkan dengan perlahan.
5. Ditambahakan
3tetes indikator PP.
6. Dititrasi
dengan NaOH 2N sampai terbentuk warna merah lembayung
7. Dicatat
volume NOH yang terpakai.
8. Diulangi
prosedur yang sama untuk aquadest 20ml, 30ml, 40ml dan 50ml.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data percobaan
No
|
Volume
(ml)
|
Indikator
PP
|
Volume
H2C204 (ml)
|
Volume
NaOH (ml)
|
1
|
10
|
3
tetes
|
5
|
4,1
|
2
|
20
|
3
tetes
|
5
|
4,0
|
3
|
30
|
3
tetes
|
5
|
4,2
|
4
|
40
|
3
tetes
|
5
|
4,0
|
5
|
50
|
3
tetes
|
5
|
4,3
|
4.2
Reaksi Percobaan
H2C2O4
+ 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O
4.3
Perhitungan
a. Menghitung
kelarutan (N) asam oksalat
·
Percobaan 1
N1 =
= 1,64
·
Percobaan 2
N2 = = 1,60
·
Percobaan 3
N3 = = 1,68
·
Percobaan 4
N4 = = 1,60
·
Percobaan 5
N5 = = 1,72
b. Menghitung
Ksp asam oksalat
H2C2O4 2H+ + C2O42-
Ksp H2C2O4 = [H+] . [C2O42-]
=
(2s2).s
=
4s3= 4 x {10-4)3 = 4 x 10-12
Tabel metode biasa
X
(normalitas asam oksalat)
|
Y
(-log Ksp)
|
1,64
|
11,398
|
1,60
|
11,398
|
1,68
|
11,398
|
1,60
|
11,398
|
1,72
|
11,398
|
Tabel metode least square
X
|
Y
|
XY
|
X2
|
1,64
|
11,398
|
18,692
|
2,670
|
1,60
|
11,398
|
18,237
|
2,560
|
1,68
|
11,398
|
19,147
|
2,820
|
1,60
|
11,398
|
18,237
|
2,560
|
1,72
|
11,398
|
19,604
|
2,960
|
∑x
= 1,648
|
∑y
= 11,398
|
∑xy
= 18,783
|
∑x2 = 2,714
|
c. Menentukan
nilai a dan b
a
=
a =
a =
a
= 7,3127405
b =
b =
b =
b = 11,398137
d.
Menghitung
persamaan garis segresi
Y = ax + b
Y = 7,3127405 x
1,64 + 11,398137 = 23,391031
Y = 7,3127405 x
1,60 + 11,398137 = 23,098522
Y = 7,3127405 x
1,68 + 11,398137 = 23,683541
Y = 7,3127405 x
1,60 + 11,398137 = 23,098522
Y = 7,3127405 x
1,72 + 11,398137 = 23,976051
Tabel metode
least square
X
|
Y
|
1,64
|
23,391031
|
1,60
|
23,098522
|
1,68
|
23,683541
|
1,60
|
23,098522
|
1,72
|
23,976051
|
Keterangan : x = Normalitas asam oksalat
Y = Persamaan garis segresi
4.4
Diskusi
Larutan
terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat
tadi terbagi secara molecular dalam cairan tersebut. Kelarutan suatu zat
didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu
larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur tertentu suatu
larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelarutan antara lain, sifat dari solute dan solven. PH,
suhu, solution aditif, ukuran zat terlarut, volume pelarut dan pengadukan.
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
·
Nilai dari ksp adalah
4s2
·
Faktor – faktor yang
memepengaruhi kelarutan adalah suhu, pengadukan, sifat dari solute dan solven ,
solution aditif, ph, volume pelarut
·
Untuk meramalkan
terjadi endapan digunakan hasil kali konsentrasi ion (Q).
Harga Q kita bandingkan dengan Ksp, Jika:
Q > Ksp : lewat jenuh, terjadi endapan
Q = Ksp : larutan tepat jenuh, siap
mengendap
Q < Ksp : larutan belum jenuh, tidak
terjadi endapan
5.2
Saran
·
Sebaiknya para asisten menyiapkan alat dan bahan dalam percobaan.
·
Sebaiknya para asisten mendiskusikan waktu yang tepat berapa lama
para praktikan akan praktikum. Agar dalam tersebut tidak terjadi keterburuan dalam
melakukan percobaan.
·
Sebaiknya dalam memberikan soal tentang percobaan, diharapkan
asisten memberikan waktu yang cukup dalam menjawab soal.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia
Edisi III, Jakarta : Depkes.
Estien Y, 2005. “Kimia Fisika Untuk Paramedis”,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Moechtar, 1989, Farmasi Fisika,
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel
C. Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta : Universitas
Indonesia
Press.
Martin, Alfred, 1990,
Farmasi Fisika Edisi I, Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Rosenberg. 1992. “Kimia
Dasar”. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Underwood,
A,L., (1993), “Analisa kimia Kuantitatif”, Penerbit Erlangga,
Surabaya
https://id.scribd.com/doc/214790022/FAKTOR-KELARUTAN
No comments:
Post a Comment