Tuesday, January 27, 2015

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KIMIA FISIKA
Hasil Kali Kelarutan
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Dinda Siti Suleha 134301170
Lestari 134301157
Nova Indramayu 134301155
Syarly kentina syari 134301168
Sri alemina sinuraya 134301179

UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN MEDAN
T.A 2013/2014


BAB I
PENDAHULUAN
HASIL KALI KELARUTAN


1.      Tujuan Percobaan

·         Untuk Mengetahui harga Ksp dari asam oksalat pada variasi volume aquadest 10, 20, 30, 40, 50
·         Untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi kelarutan
·         Untuk mengetahui jenis larutan berdasarkan hubungan Q dengan Ksp

















BAB II
TUJUAN PUSTAKA

Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik (Moechtar, 1989).
Karena suatu larutan jenuh yang berhubungan dengan kelebihan solut membentuk kesetimbangan dinamik, maka bilamana sistem tersebut diganggu, efek gangguan tersebut dapat diramalkan berdasarkan kaidah Le Chatelier. Kita tahu bahwa kenaikan temperatur menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah yang akan mengabsorbsi panas.Karena, kalau solut tambahan yang ingin melarut dalam larutan jenuh harus mengabsorbsi energi, maka larutan zat tersebut akan bertambah jika temperatur dinaikkan. Sebaliknya, jika solut tambahan yang dimasukkan ke dalam larutan jenuh menimbulkan proses eksotermik, maka solut akan menjadi kurang larut jika temperatur dinaikkan (Moechtar, 1989).
Pada umumnya, kelarutan kebanyakan zat padat dan zat cair dalam solven cair bertambah dengan naiknya temperatur.Untuk gas adlam zat cair, kelakuan yang sebaliknya terjadi. Proses larut untuk gas dalam zat cair hampir selalu bersifat eksotermik, sebab partikel-partikel solut telah terpisah satu sama lain dan efek panas yang dominan akan timbul akibat solvasi yang terjadi bilamana gas larut. Kaidah Le Chatelier meramalkan bahwa kenaikan temperatur akan mengakibatkan perubahan endotermik, yang untuk gas terjadi bilamana ia meninggalkan larutan. Oleh karen aitu, gas-gas menjadi kurang larut jika temperatur zat cair di mana gas dilarutkan menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh, mendidihkan air. Gelembung-gelembung kecil tampak pad apermukaan panci sebelum pendidihan terjadi. Gelembung-gelembung tersebut mengandung udara yang diusir dari larutan jika air menjadi panas.Kita juga menggunakan kelakukan kelarutan gas yang umum bilamana kita menyimpan botol yang berisi minuman yang diberi CO2 dalam almari es dalam keadaan terbuka.  Cairan tersebut akan menahan CO2 yang terlarut lebih lama bilamana ia dijaga tetap dingin, sebab CO2 lebih larut pada temperatur-temperatur rendah. Lain contoh dari phenomenon ini adalah gas-gas yang terlarut dalam air mengalir dalam telaga-telaga dan dalam sungai-sungai. Kadar oksigen yang terlarut, yang merupakan keharusan bagi kehidupan marine, berkurang dalam bulan-bulan dimusim panas, dibanding dengan kadar oksigen selama musim dingin (Moechtar, 1989).
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon berbeda denga zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit lemah dan kuat, karena tetapan dilektrtik pelarut yang rendah.Sedangkan pelarut polar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan tekanan yang sama melalui inter aski dipole induksi (Martin , 1990).
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular dalam cairan tersebut .Kelarutan suatu zat tergantung atas dua factor, yaitu luasnya permukaan dan kecepatan difusi. Umumnya zat dengan molekul besar, kecepatan kecil disbanding dengan zat yang molekulnya .dengan penggerusan kristal sampai halus, akan memperluas permukaan sedangkan dengan pemanasan tidak hanya kelarutanya bertambah tetapi juga menaikkan kecepatan difusi (Martin, 1990).
Jika suatu larutan ditempatkan terpisah dari suatu contoh pelarut murni yang digunakan dalam larutan itu hanya oleh suatu dinding berpori yang dapat dilewati oleh molekul pelarut tetapi tidak oleh molekul zat terlarut, maka molekul-molekul pelarut akan berpindah kedalam larutan kearah  menyamakan konsentrasi larutan pada kedua sisi dinding pemisah. Dinding pemisah yang bersifat seperti itu disebut membran semipermeabel (semipermeable membrane). (Martin, 1990)
Kekuatan tarik menarik antara atom-atom menyebabkan pembentukan molekul ion.Kekuatan dari suatu intramolekuler yang berkembang diantara molekul-molekul seperti itu, menentukan keadaan fisik bahan (yaitu padat, cair atau gas) pada kondisi tertentu seperti suhu dan tekanan.Pada kondisi biasa kebanyakan senyawa organik, jadi juga kebanyakan zat obat, berbentuk molekul suatu zat padat (Howard, 1989).
Apabila molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi gaya tarik menarik. Menyebabkan molekul-molekul bersatu, sedangkan gaya tolak menolak mencegah terjadinya interpenetrasi dan dekstruksi molekuler. Bila gaya tarik menarik dan tolak menolak sama maka energi potensial diantara dua molekul adalah minimum dan sistem itu paling stabil (Howard, 1989).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut.Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai akan kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk m embuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh bahan sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP (Calcium Hydroxide Tropical Solution, USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP (Potasium Iodide Solution, USP) (Howard, 1989).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai kesetimbangan.Cairan supernatan dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis (Alfred, 1990).
Higuchi dan Lach menggunakan metode kelarutan untuk menyelidiki kompleksasi dari p-amino asam benzoat (PABA) oleh kafeina. Hasil diplot seperti pada gamar dimana titik A garis memotong sumbu tegak adalah  kelarutan obat dalam air. Dengan penambahan kafeina, kelarutan p-amino asam benzoat naik secara linear disebabkan karena kompleksasi.Pada titik B, larutan dijenuhkan terhadap kompleks dan obat itu sendiri.Kompleks terus terbentuk dan mengendap dari sistem jenuh apabila semakin banyak kafeina ditambahkan.Pada titik C, semua kelebihan zat padat PABA telah masuk dalam larutan dan telah diubah menjadi kompleks (Alfred, 1990).
Suatu zat dapat melarut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu terbatas, batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh (Esteien Y, 2005).
Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian umumkadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan  perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200  dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau satu bagian volume zat cair larut dalam bagian tertentu volume pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran  mekanik seperti bagian kertas saring , serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah (Ditjen POM, 1979).





Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat
     Faktor yang mempengaruhi kelarutan
-          Sifat dari solute dan solvent
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya.Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya Sifat pelarut (Sukardjo, 1977)
-          pH
Suatu zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena tidak mudah terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin sukar larut, sedangkan semakin besar pKa maka suatu zat akan akan mudah larut (Lund, 1994).
-          Suhu
Kenaikan temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses melarutnya melalui penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan menurunkan kelarutan zat yang proses melarutnya dengan pengeluaran panas/kalor (reaksi eksotermik) (Lund, 1994).

-          Solution aditif.
Additivies baik dapat meningkatkan atau mengurangi kelarutan zat terlarut dalam pelarut tertentu (Lund, 1994).
-          Ukuran Zat Terlarut
Zat terlarut dengan  ukuran partikel kecil (serbuk) lebih mudah melarut dibandingkan dengan zat terlarut yang berukuran besar. Pada zat terlarut berbentuk serbuk, permukaan sentuh antara zat terlarut dengan pelarut semakin banyak. Akibatnya, zat terlarut berbentuk serbuk lebih cepatlarut dari pada zat terlarut berukuran besar (scribd.com)
-          Volume pelarut
Volume pelarut yang besar akan lebih mudah melarutkanzat terlarut (scribd.com)
-          Pengadukan
Pengadukan menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut dengan pelarut akan semakin sering untuk bertabrakan. Hal ini menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin cepat. (scribd.com)














BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
- Beaker glass
- Erlenmeyer
- Buret
-  Corong
- Bola karet
- Statif dan klem
- Batang pengaduk

3.2 Bahan
- Aquadest
- H2C204.2H2O
- NaOH 2N
- Indikator PP

3.3 Prosedur
- Diukur 10ml aquadest dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
- Dimasukkan asam oksalat sedikit demi sedikit sambil di aduk memakai batang pengaduk hingga jenuh.
- Disaring dan dipipet filtratnya sebanyak 5ml menggunakan pipet volume dengan bantuan bola karet.
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan cara erlenmeyer dimiringkan sedangkan pipet tegak lurus dikeluarkan dengan perlahan.
- Ditambahakan 3tetes indikator PP.
- Dititrasi dengan NaOH 2N sampai terbentuk warna merah lembayung
- Dicatat volume NOH yang terpakai.
- Diulangi prosedur yang sama untuk aquadest 20ml, 30ml, 40ml dan 50ml.























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data percobaan
No
Volume (ml)
Indikator PP
Volume H2C204 (ml)
Volume NaOH (ml)
1
10
3 tetes
5
3,8
2
20
3 tetes
5
3,6
3
30
3 tetes
5
3,7
4
40
3 tetes
5
3,8
5
50
3 tetes
5
3,7

4.2 Reaksi Percobaan
H2C2O4 + H2O + 2NaOH       Na2C2O4 + 2H2O + H2
4.3 Perhitungan
a.       Menghitung kelarutan (N) asam oksalat
·         Percobaan 1
N1        =   = 1,52
·         Percobaan 2
N2        =  = 1,44
·         Percobaan 3
N3        =  = 1,48
·         Percobaan 4
N4          =  = 1,52
·         Percobaan 5
N5        =  = 1,48
b.      Menghitung Ksp asam oksalat
H2C2O4            2H+      +          C2O42-
Ksp H2C2O4                     = [H+] . [C2O42-]
                                    = (2s2).s
                                    = 4s3= 4 x {10-4)3 = 4 x 10-12

Tabel metode biasa
X (normalitas asam oksalat)
Y (-log Ksp)
1,52
11,398
1,44
11,398
1,48
11,398
1,52
11,398
1,48
11,398

Tabel metode least square
X
Y
XY
X2
1,52
11,398
17,325
2,310
1,44
11,398
16,413
2,074
1,48
11,398
16,869
2,190
1,52
11,398
17,325
2,310
1,48
11,398
16,869
2,190
∑x = 1,48
∑y = 11,398
∑xy = 16,960
∑x2  = 2,215

c.       Menentukan nilai a dan b

A =
            A =
            A =
4.4 Diskusi
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular dalam cairan tersebut. Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain, sifat dari solute dan solven. PH, suhu, solution aditif, ukuran zat terlarut, volume pelarut dan pengadukan.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
·         Nilai dari ksp adalah 4s2
·         Faktor –faktor yang memepengaruhi kelarutan adalah suhu, pengadukan, sifat dari solute dan solven , solution aditif, ph, volume pelarut
·         Untuk meramalkan terjadi endapan digunakan hasil kali konsentrasi ion (Q).
Harga Q kita bandingkan dengan Ksp, Jika:
Q > Ksp : lewat jenuh, terjadi endapan
Q = Ksp : larutan tepat jenuh, siap mengendap
Q < Ksp : larutan belum jenuh, tidak terjadi endapan
5.2 Saran
·         Sebaiknya para praktikan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum (alat, bahan, dan atribut) dengan baik
·         Sebaiknya para praktikan tidak membuat keributan saat berada di dalam laboratorium.
·         Sebaiknya para praktikan lebih teliti pada saat mentitrasi











DAFTAR PUSTAKA


Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes.
Estien Y, 2005. “Kimia Fisika Untuk Paramedis”, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Moechtar, 1989, Farmasi Fisika, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel C. Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Martin, Alfred, 1990, Farmasi Fisika Edisi I, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Rosenberg. 1992. “Kimia Dasar”. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Underwood, A,L., (1993), “Analisa kimia Kuantitatif”, Penerbit Erlangga, Surabaya
https://id.scribd.com/doc/214790022/FAKTOR-KELARUTAN














No comments:

Post a Comment