LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM
KIMIA FISIKA
Hasil Kali Kelarutan
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Dinda Siti Suleha 134301170
Lestari 134301157
Nova Indramayu 134301155
Syarly kentina syari 134301168
Sri alemina sinuraya 134301179
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN MEDAN
T.A 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
HASIL KALI KELARUTAN
1. Tujuan Percobaan
·
Untuk
Mengetahui harga Ksp dari asam oksalat pada variasi volume aquadest 10, 20, 30,
40, 50
·
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi kelarutan
·
Untuk
mengetahui jenis larutan berdasarkan hubungan Q dengan Ksp
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada
suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang
tidak terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik
(Moechtar, 1989).
Karena suatu larutan jenuh yang berhubungan dengan kelebihan solut
membentuk kesetimbangan dinamik, maka bilamana sistem tersebut diganggu, efek
gangguan tersebut dapat diramalkan berdasarkan kaidah Le Chatelier. Kita tahu
bahwa kenaikan temperatur menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah
yang akan mengabsorbsi panas.Karena, kalau solut tambahan yang ingin melarut
dalam larutan jenuh harus mengabsorbsi energi, maka larutan zat tersebut akan
bertambah jika temperatur dinaikkan. Sebaliknya, jika solut tambahan yang
dimasukkan ke dalam larutan jenuh menimbulkan proses eksotermik, maka solut akan
menjadi kurang larut jika temperatur dinaikkan (Moechtar, 1989).
Pada umumnya, kelarutan kebanyakan zat padat dan zat cair dalam
solven cair bertambah dengan naiknya temperatur.Untuk gas adlam zat cair,
kelakuan yang sebaliknya terjadi. Proses larut untuk gas dalam zat cair hampir
selalu bersifat eksotermik, sebab partikel-partikel solut telah terpisah satu
sama lain dan efek panas yang dominan akan timbul akibat solvasi yang terjadi
bilamana gas larut. Kaidah Le Chatelier meramalkan bahwa kenaikan temperatur
akan mengakibatkan perubahan endotermik, yang untuk gas terjadi bilamana ia
meninggalkan larutan. Oleh karen aitu, gas-gas menjadi kurang larut jika
temperatur zat cair di mana gas dilarutkan menjadi lebih tinggi. Sebagai
contoh, mendidihkan air. Gelembung-gelembung kecil tampak pad apermukaan panci
sebelum pendidihan terjadi. Gelembung-gelembung tersebut mengandung udara yang
diusir dari larutan jika air menjadi panas.Kita juga menggunakan kelakukan
kelarutan gas yang umum bilamana kita menyimpan botol yang berisi minuman yang
diberi CO2 dalam almari es dalam keadaan terbuka. Cairan tersebut akan menahan CO2 yang
terlarut lebih lama bilamana ia dijaga tetap dingin, sebab CO2 lebih larut pada
temperatur-temperatur rendah. Lain contoh dari phenomenon ini adalah gas-gas
yang terlarut dalam air mengalir dalam telaga-telaga dan dalam sungai-sungai.
Kadar oksigen yang terlarut, yang merupakan keharusan bagi kehidupan marine,
berkurang dalam bulan-bulan dimusim panas, dibanding dengan kadar oksigen
selama musim dingin (Moechtar, 1989).
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon berbeda
denga zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik
antara ion-ion elektrolit lemah dan kuat, karena tetapan dilektrtik pelarut
yang rendah.Sedangkan pelarut polar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar
dengan tekanan yang sama melalui inter aski dipole induksi (Martin , 1990).
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu
cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular dalam cairan tersebut
.Kelarutan suatu zat tergantung atas dua factor, yaitu luasnya permukaan dan
kecepatan difusi. Umumnya zat dengan molekul besar, kecepatan kecil disbanding
dengan zat yang molekulnya .dengan penggerusan kristal sampai halus, akan
memperluas permukaan sedangkan dengan pemanasan tidak hanya kelarutanya
bertambah tetapi juga menaikkan kecepatan difusi (Martin, 1990).
Jika suatu larutan ditempatkan terpisah dari suatu contoh pelarut
murni yang digunakan dalam larutan itu hanya oleh suatu dinding berpori yang
dapat dilewati oleh molekul pelarut tetapi tidak oleh molekul zat terlarut,
maka molekul-molekul pelarut akan berpindah kedalam larutan kearah menyamakan konsentrasi larutan pada kedua
sisi dinding pemisah. Dinding pemisah yang bersifat seperti itu disebut membran
semipermeabel (semipermeable membrane). (Martin, 1990)
Kekuatan tarik menarik antara atom-atom menyebabkan pembentukan
molekul ion.Kekuatan dari suatu intramolekuler yang berkembang diantara
molekul-molekul seperti itu, menentukan keadaan fisik bahan (yaitu padat, cair
atau gas) pada kondisi tertentu seperti suhu dan tekanan.Pada kondisi biasa
kebanyakan senyawa organik, jadi juga kebanyakan zat obat, berbentuk molekul
suatu zat padat (Howard, 1989).
Apabila molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi gaya tarik
menarik. Menyebabkan molekul-molekul bersatu, sedangkan gaya tolak menolak
mencegah terjadinya interpenetrasi dan dekstruksi molekuler. Bila gaya tarik
menarik dan tolak menolak sama maka energi potensial diantara dua molekul
adalah minimum dan sistem itu paling stabil (Howard, 1989).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan
konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut.Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya
diperhatikan berbagai akan kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia
yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk m embuat larutan
jenuh, disebutkan dua contoh bahan sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu
larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP (Calcium Hydroxide Tropical Solution,
USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP (Potasium Iodide Solution, USP)
(Howard, 1989).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam
wadah yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam
berbagai konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai
tercapai kesetimbangan.Cairan supernatan dalam porsi yang cukup diambil dan
dianalisis (Alfred, 1990).
Higuchi dan Lach menggunakan metode kelarutan untuk menyelidiki
kompleksasi dari p-amino asam benzoat (PABA) oleh kafeina. Hasil diplot seperti
pada gamar dimana titik A garis memotong sumbu tegak adalah kelarutan obat dalam air. Dengan penambahan
kafeina, kelarutan p-amino asam benzoat naik secara linear disebabkan karena
kompleksasi.Pada titik B, larutan dijenuhkan terhadap kompleks dan obat itu sendiri.Kompleks
terus terbentuk dan mengendap dari sistem jenuh apabila semakin banyak kafeina
ditambahkan.Pada titik C, semua kelebihan zat padat PABA telah masuk dalam
larutan dan telah diubah menjadi kompleks (Alfred, 1990).
Suatu zat dapat melarut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu
terbatas, batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut
yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk
larutan jenuh (Esteien Y, 2005).
Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam
pengertian umumkadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada
pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut
adalah kelarutan pada suhu 200 dan
kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau satu
bagian volume zat cair larut dalam bagian tertentu volume pelarut. Pernyataan
kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali
dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring , serat
dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat
atau 1ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak
diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah (Ditjen
POM, 1979).
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan
1 bagian zat
Faktor yang mempengaruhi kelarutan
- Sifat dari solute dan solvent
Substansi
polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar
lainnya.Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar
lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya Sifat pelarut
(Sukardjo, 1977)
- pH
Suatu
zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena tidak mudah
terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin sukar larut, sedangkan
semakin besar pKa maka suatu zat akan akan mudah larut (Lund, 1994).
- Suhu
Kenaikan
temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses melarutnya melalui
penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan menurunkan kelarutan zat
yang proses melarutnya dengan pengeluaran panas/kalor (reaksi eksotermik)
(Lund, 1994).
- Solution aditif.
Additivies
baik dapat meningkatkan atau mengurangi kelarutan zat terlarut dalam pelarut
tertentu (Lund, 1994).
-
Ukuran Zat Terlarut
Zat terlarut dengan ukuran partikel kecil (serbuk) lebih mudah
melarut dibandingkan dengan zat terlarut yang berukuran besar. Pada zat terlarut
berbentuk serbuk, permukaan sentuh antara zat terlarut dengan pelarut semakin
banyak. Akibatnya, zat terlarut berbentuk serbuk lebih cepatlarut dari pada zat
terlarut berukuran besar (scribd.com)
-
Volume pelarut
Volume pelarut
yang besar akan lebih mudah melarutkanzat terlarut (scribd.com)
-
Pengadukan
Pengadukan menyebabkan partikel-partikel
antara zat terlarut dengan pelarut akan semakin sering untuk bertabrakan. Hal
ini menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin cepat. (scribd.com)
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat
- Beaker glass
- Erlenmeyer
- Buret
-
Corong
- Bola karet
- Statif dan klem
- Batang pengaduk
3.2 Bahan
- Aquadest
- H2C204.2H2O
- NaOH 2N
- Indikator PP
3.3 Prosedur
- Diukur 10ml aquadest dan dimasukkan ke
dalam beaker glass.
- Dimasukkan asam oksalat sedikit demi
sedikit sambil di aduk memakai batang pengaduk hingga jenuh.
- Disaring dan dipipet filtratnya
sebanyak 5ml menggunakan pipet volume dengan bantuan bola karet.
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan
cara erlenmeyer dimiringkan sedangkan pipet tegak lurus dikeluarkan dengan
perlahan.
- Ditambahakan 3tetes indikator PP.
- Dititrasi dengan NaOH 2N sampai
terbentuk warna merah lembayung
- Dicatat volume NOH yang terpakai.
- Diulangi prosedur yang sama untuk aquadest
20ml, 30ml, 40ml dan 50ml.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Data percobaan
No
|
Volume
(ml)
|
Indikator
PP
|
Volume
H2C204 (ml)
|
Volume
NaOH (ml)
|
1
|
10
|
3
tetes
|
5
|
3,8
|
2
|
20
|
3
tetes
|
5
|
3,6
|
3
|
30
|
3
tetes
|
5
|
3,7
|
4
|
40
|
3
tetes
|
5
|
3,8
|
5
|
50
|
3
tetes
|
5
|
3,7
|
4.2 Reaksi Percobaan
H2C2O4
+ H2O + 2NaOH Na2C2O4
+ 2H2O + H2
4.3 Perhitungan
a. Menghitung
kelarutan (N) asam oksalat
·
Percobaan 1
N1 =
= 1,52
·
Percobaan 2
N2 = = 1,44
·
Percobaan 3
N3 = = 1,48
·
Percobaan 4
N4 = = 1,52
·
Percobaan 5
N5 = = 1,48
b. Menghitung
Ksp asam oksalat
H2C2O4 2H+ + C2O42-
Ksp H2C2O4 = [H+] .
[C2O42-]
=
(2s2).s
=
4s3= 4 x {10-4)3 = 4 x 10-12
Tabel metode biasa
X
(normalitas asam oksalat)
|
Y
(-log Ksp)
|
1,52
|
11,398
|
1,44
|
11,398
|
1,48
|
11,398
|
1,52
|
11,398
|
1,48
|
11,398
|
Tabel metode least square
X
|
Y
|
XY
|
X2
|
1,52
|
11,398
|
17,325
|
2,310
|
1,44
|
11,398
|
16,413
|
2,074
|
1,48
|
11,398
|
16,869
|
2,190
|
1,52
|
11,398
|
17,325
|
2,310
|
1,48
|
11,398
|
16,869
|
2,190
|
∑x
= 1,48
|
∑y
= 11,398
|
∑xy
= 16,960
|
∑x2 = 2,215
|
c. Menentukan
nilai a dan b
A =
A
=
A
=
4.4 Diskusi
Larutan terjadi apabila
suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi
secara molecular dalam cairan tersebut. Kelarutan suatu zat didefinisikan
sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh
dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang
bercampur dengan solut yang tidak terlarut.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan antara lain, sifat dari solute dan solven. PH, suhu,
solution aditif, ukuran zat terlarut, volume pelarut dan pengadukan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
·
Nilai dari ksp adalah
4s2
·
Faktor –faktor yang memepengaruhi
kelarutan adalah suhu, pengadukan, sifat dari solute dan solven , solution
aditif, ph, volume pelarut
·
Untuk meramalkan
terjadi endapan digunakan hasil kali konsentrasi ion (Q).
Harga Q kita bandingkan dengan Ksp, Jika:
Q > Ksp : lewat jenuh, terjadi endapan
Q = Ksp : larutan tepat jenuh, siap
mengendap
Q < Ksp : larutan belum jenuh, tidak
terjadi endapan
5.2 Saran
·
Sebaiknya para
praktikan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum (alat,
bahan, dan atribut) dengan baik
·
Sebaiknya para
praktikan tidak membuat keributan saat berada di dalam laboratorium.
·
Sebaiknya para
praktikan lebih teliti pada saat mentitrasi
DAFTAR
PUSTAKA
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia
Edisi III, Jakarta : Depkes.
Estien Y, 2005. “Kimia Fisika Untuk
Paramedis”, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Moechtar, 1989, Farmasi Fisika,
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel C. Howard, 1989, Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Martin, Alfred, 1990, Farmasi Fisika
Edisi I, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Rosenberg. 1992. “Kimia Dasar”. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Underwood, A,L., (1993), “Analisa kimia
Kuantitatif”, Penerbit Erlangga, Surabaya
https://id.scribd.com/doc/214790022/FAKTOR-KELARUTAN
No comments:
Post a Comment