Sunday, April 19, 2015

MAKALAH ISOTERM ADSORBSI LANGMUIR DAN FREUNDLICH



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan Percobaan
1.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi adsorbs
2.      Untuk mengetahui konsentrasi CH3COOH 0,01 N ; CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH 0,004 N ; CH3COOH 0,05 N  setelah diadsorbsi dengan arang aktif
3.      Untuk mengetahui volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH 0,01 N ; CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH 0,004 N ; CH3COOH 0,05 N 













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ISOTERM FREUNDLICH
Ada dua persamaan yang sering dipakai untuk menjelaskan proses adsorpsi pada permukaan zat padat. Yang pertama adalah persamaaan Langmuir yang dikenal sebagai “Isoterm Adsorbsi Langmuir”. Persamaan ini berlaku untuk adsorbs lapisan tunggal (Monolayer) pada permukaan zat yang homogeny. Persamaan Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya suatu keseimbangan antara molekul yang diadsorbsi dan molekul yang masih bebas. Isoterm tersebut dapat dituliskan sebagai berikut[[1]]:
c = Konsentrasi molekul zat terlarut yang bebas ( yaitu terdapat dalam larutan )
x = Jumlah mol zat terlarut yang teradsorbsi oleh m gram adsorben
a = tetapan
(x/m)maks = Kapasitas monolayer
Isoterm Freundlich adalah persamaan empiris ( yaitu tidak dapat diturunkan secara teoritis ). Isoterm tersebut adalah sebagai berikut[1] :
x/m = kc3/m
n = Tetapan empiris
k = Tetapan
2.2 PERSAMAAN GIBBS
Adsorbsi adalah peningkatan konsentrasi suatu zat padat pada permukaan antara dua fasa dibandingkan dengan konsentrasi zat tersebut dalam medium pendispersinya[1].
Untuk zat yang larut dalam cairan, persamaan Gibbs, dapat digunakan untuk menghitung berapa banyak zat yang diadsorbsi pada permukaan. Persamaan Gibbs adalah sebagai berikut[1]:
r = Surface excess (yakni perbedaan konsentrasi molekul dalam larutan dengan konsentrasu molekul pada permukaan larutan)
a = Aktivitas ( kalau larutan itu encer  a=c , dimana c adalah konsentrasi dalam satuan mol/liter)
R = Tetapan gas 8,314 x 107 dyne cm K-1 mol-1
y = Tegangan permukaan
dy/dc = Turunan y terhadap konsentrasi
Kalau amil alcohol sebagai zat terlarut dilarutkan dalam air, surface excess zat terlarut tersebut pada permukaan antara cairan dan udara data dihitung[1].
Nilai I- tetap. Nilai T maksimum dapat dihitung dari kurva. Selanjutnya dapat ditentukan luas dari satu molekul zat terlarut pada permukaan[1][2].



2.3  ADSORPSI
Telah diketahui, bahwa beberapa jenis arang dapat menyerap sejumlah tertentu gas atau menyerap za-zat warna dari larutan. Peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain semacam ini, disebut adsorpsi. Zat yang diserap disebut fase terserap sedang zat yang menyerap disebut adsorbens, kecuali zat padat adsorbens, dapat pula berupa zat cair. Karena itu adsorpsi dapat terjadi antara: zat
padat dan zat cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair, atu gas dan zat cair[2].   
Peristiwa adsorpsi ini disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi, karena pada absorpsi zat yang diserap masuk kedalam absorbens, misalnya absorpsi air oleh sponge atau uap air oleh Ca Cl2 anhidrous[2].
a.           Adsorpsi gas oleh zat padat
Adsorbens padat yang baik, ialah yang porositasnya tinggi, seperti Pt halus, arang,  dan silika gel. Permukaan zat ini sangat luas, hingga adsorpsi terjadi pada banyak tempat. Namun demikian, adsorpsi dapat terjadi pada permukaan yang halus seperti gelas atau platina[3].
Adsorpsi gas oleh zat padat ditandai oleh kenyataan-kenyataan sebagai berikut[3]:
(a)               Adsorpsi bersifat selektif, artinya suatu adsorbens dapat menyerap banyak sekali suatu gas, tetapi tidak menyerap gas-gas tertentu.
(b)               Adsorpsi terjadi sangat cepat, hanya kecepatan adsorpsi makin berkurang dengan makin banyaknya gas yang di serap.
(c)               Jumalah yang diserap tergantung temperatur, makin jauh jarak antara temperatur
            pe[3]nyerapan dari temperatur kritis, makin sedikit jumlah gas yang diserap.
(d)              Adsorpsi tergantung dari luas permukaan adsorbens adsorbens, makin porous absorbens makin besar daya adsorpsinya. 
(e)               Adsorpsi tergantung jenis adsorbens dan pembuatan adsorbens. Arang yang terbuat dari suatu bahan yang dibuat dengan berbagai cara, mempunya daya serap berbeda pula.
(f)                Jumlah gas yang diadsorpsi persatuan berat adsorbens, tergantung tekanan persial gas,makin besar tekanan makin banyak gas diserap.
(g)               Namun demikia, bila penyerapan telah jenuh, tekanan tidak berpengaruh.
(h)               Adsorpsi merupakan proses reversibel. Bila tidak terjadi reaksi kimia.
Gas
Volume (ml) pada
0oC 76 cm Hg.
Klor
Amoniak
Hidrogen sulfida
Karbon dioksida
Karbon dioksida
Oksigen
Nitrogen
Hidrogen

236
181
99
48
9,3
8,2
8,0
4,7

Tabel 12.1 diberikan daya seap gas pada tekanan 1 atm oleh 1 gram arang 15oC[3].

2.3.1.   Adsorpsi zat terlarut terhadap zat padat
Arang merupakan adsorbens yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat warna dalam larutan[3].[4]
Penyerapan zat dari larutan, mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut. Bila dalam larutan hanya ada dua zat atau lebih, zat yang satu akan diserap lebih kuat dari yang lain. Zat-zat yang dapat menurunkan tegangan muka antara, lebih kuat diserap. Makin kompleks zat yang terlarut, makin kuat diserap oleh adsorbens. Makin tinggi temperatur, makin kecil daya serap, namun demikian pengaruh temperatur tidak sebesar seperti pada adsorpsi gas[3].
Jumlah zat yang diserap setiap berat adsorbens, tergantung konsentrasi dari zat terlarut. Namun demikian, bila adsorbens sudah jenuh, konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Persamaan Freundiich dan langmulir juga berlaku untuk larutan[3].

2.3.2 Jenis adsorpsi.
Adsorpsi ada dua jenis, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Pada adsorpsi fisika, adsorpsi disebabkan oleh gaya vab der Waals yang ada pada permukaan adsorbens. Panas adsorpsi fisika biasanya rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan adsorbens biasanya lebih dari satu molekul[3].
Pada adsorpsi kimia, terjadi reaksi pada zat yang diserap dan adsorbens. Lapisan molekul pada permukaan adsorbens hanya satu lapis panas adsorpsinya tinggi[3].
Dalam hal-hal tertentu, gas diserap dalam keadaan utuh pada permukaan adsorbens. Dalam keadaan lain, seperti hidrogen pada permukaan Pt hitam, molekulnya terpecah menjadi atom-atom. Akibat dari hal ini ialah hidrogen menjadi aktif sekali, karena itu Pt selalu dipakai sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi dengan hidrogen[3].

2.3.3.      PENGGUNAAN ADSORPSI
Adsorpsi gas oleh zat padat, digunakan pada gas masker. Alat ini berisi arang halus, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan, misalnya gas racun. Arang halus yang juga dipakai untuk membuat vakum, dengan temperatur yang rendah, dapat dibuat vakum sampai 10-4 mm[3].
Grafit banyak dipakai sebagai pelumas, karena molekul nya di pipih, hingga mudah bergeser satu terhadap yang lain. Namun ternyata, bahwa pada temperatu yang tinggi, sifat pelumas grafit sangat berkurang dan kembali lagi bila temperatur direndahkan. Sekarang didapatkan, bahwa sifat pelumas disebabkan karenagrafit menyerap gas dari udara. Adanya gas ini memperlemah gaya van der waals yang ada antara atom-atom karbon dalam grafit, hingga grafit mudah bergeser. Bila temperatur tinggi, gas yang diserap dilepaskan, gaya-gaya van der waals bekerja lagi dan molekulnya sukar bergeser[3][5].
Dalam analisis kimia, kadang-kadang diperoleh kesukaran,karena adanya daya serap dari berbagai endapan terhadap ion-ion dalam larutan. Endapan BaSO4 mudah menarik ion-ion Cu2+, Cd2+  dan ion logam lainnya. Demikian juga anion seperti ion NO3-, hingga Ba (NO3)2 tidak dapat dipakai sebagai pengendap SO42-. Kontaminasi dari ion-ion ini sukar dihilangkan[3].
Zat-zat berwarna yang terdapat dalam gula, cuka dan minyak goreng dihilangkan dengan arang. Proses dekolorisasiini banyak dipakai di dalam pabrik-pabrik[3].
Adsorpsi cairan gas sangat penting pada pembentukan dan stabilisasi busa. Busa adalah gelembung-gelembung gas yang diliputi oleh cairan. Busa dari CO2 dengan air dapat di stabilkan dengan saponin atau ekstrak kayu manis, dan ini penting untuk pembuatan isi dari alat pemadam api[3].
Analisis kromatografi, berdasarkan adsorpsi selektif oleh adsorbens. Bila beberapa zat dapat larut dalam suatu pelarut, komponen-komponen dalam larutan dapat dipisahkan dengan menuangkan larutan ini melalui adsorbens tertentu, seperti alumina, magnesium oksida, serbuk gula, arang dan sebagainya. Adsorbens yang dipakai diletakan dalam kolom dari gelas dan larutan yang akan dipisahkan dituangkan dari atas. Zat yang mudah diserap, akan terdapat di bagian atas kolom dan yang sukar diserap terdapat dibagian bawah[3].
Dengan pelarut yang cocok, bagian–bagian zat yang diserap adsorbens dapat dilarutkan kembali, hingga masing-masing zat dapat dipisahkan.
Saat ini analisis khromatografi mempunyai arti sangat penting dalam kimia organik. Bermacam-macam adsorbens dan alat telah dibuat, untuk keperluan analisis khromatografi tersebut[3][6].   
    





BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
 -  Erlenmeyer
 -  Beaker glass
 - Buret
 - Gelas ukur
 - Pipet volume
 - Pipet tetes
 - Bola karet
 - Statif dan klem
 - Corong kaca
 - Spatula
 - Kertas saring
 - Plastik dan karet
 - Botol aquadest
3.2 Bahan
 - CH3COOH 0,01 N
 - CH3COOH 0,02 N
 - CH3COOH 0,03 N
- CH3COOH 0,04 N
 - CH3COOH 0,05 N
 - Aquadest
 - NaOH 0,02 N
- Indikator Fenolftalein
- Arang aktif
3.3 Prosedur Percobaan
- Diukur 10 ml CH3COOH 0,01N kemudian dimasukkan kedalam erlemeyer
- Ditambahkan 0,1 g arang aktif lalu ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet
- Dikocok selama 5 menit lalu disaring
- Dipipet sebanyak 5 ml filtrat kemudian ditambahkan 3 tetes indikator pp
- Dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai larutan berubah warna dari bening menjadi merah orens
- Dilakukan hal yang sama untuk CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH 0,04 N ; CH3COOH 0,05 N dengan waktu pengocokan 10 menit, 15 menit, 20 menit, dan 25 menit
- Dicatat






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan
No
Volume CH3COOH ( ml )
Normalitas CH3COOH ( N )
Arang aktif
( g )
Indikator PP
( tetes )
Waktu
( menit )
Volume NaOH 0,02 N
1
10 ml
0,01 N
0,1 g
3 tetes
5 menit
0,1 ml
2
10 ml
0,02 N
0,1 g
3 tetes
10 menit
0,3 ml
3
10 ml
0,03 N
0,1 g
3 tetes
15 menit
0,5 ml
4
10 ml
0,04 N
0,1 g
3 tetes
20 menit
0,6 ml
5
10 ml
0,05 N
0,1 g
3 tetes
15 menit
0,8 ml

4.2 Reaksi Percobaan
·         CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
·         CH3COOH + Indikator PP →

4.3 Perhitungan
1. Penentuan Konsentrasi CH3COOH
·      Dik : V1 = 10 ml
     V2 = 0,1 ml
     N2 = 0,02 N
Dit : N1 ….?
Jawab :
V1.N1 = V2. N2
10 ml. N1 = 0,1 ml. 0,02 N
10ml. N1 = 0,0126 ml.N
N1 =0,002 ml.N/10 ml
N1 = 0,0002 N
·      Dik : V1 = 10 ml
  V2 = 0,3 ml
   N2 = 0,02 N
     Dit : N1…..?
     Jawab :
V1.N1 = V2. N2
10 ml. N1 = 0,3 ml. 0,02 N
N1 = 0,006 ml.N/10 ml
N1 = 0,0006 N
·      Dik : V1 = 10 ml
  V2 = 0,5 ml
   N2 = 0,02 N
     Dit : N1…..?
     Jawab :
V1.N1 = V2. N2
10 ml. N1 = 0,5 ml. 0,02 N
N1 = 0,01 ml.N/10 ml
N1 = 0,001 N
·      Dik : V1 = 10 ml
  V2 = 0,6 ml
   N2 = 0,02 N
     Dit : N1…..?
     Jawab :
V1.N1 = V2. N2
10 ml. N1 = 0,6 ml. 0,02 N
N1 = 0,012 ml.N/10 ml
N1 = 0,0012 N
·      Dik : V1 = 10 ml
  V2 = 0,8 ml
   N2 = 0,02 N
     Dit : N1…..?
     Jawab :
V1.N1 = V2. N2
10 ml. N1 = 0,8 ml. 0,02 N
N1 = 0,016 ml.N/10 ml
N1 = 0,0016 N




2.    Penentuan nilai log kosesntrasi CH3COOH
·      Dik : N = 0,0002 N
     Dit : X…..?
     Jawab :
X = - log N
X = - log 0,0002 N
X = 3,7
·      Dik : N = 0,0006 N
     Dit : X…..?
     Jawab :
X = - log N
X = - log 0,0006 N
X = 3,22
·      Dik : N = 0,001 N
     Dit : X…..?
     Jawab :
X = - log N
X = - log 0,001N
X = 3
·      Dik : N = 0,0012 N
     Dit : X…..?
     Jawab :
X = - log N
X = - log 0,0012 N
X = 2,92
·      Dik : N = 0,0016 N
     Dit : X…..?
     Jawab :
X = - log N
X = - log 0,0016 N
X = 2,8

3.    Penentuan nilai y

·      Dik : x = 3,7
  t = 5 menit
   m = 0,1 g
     Dit : y….?
     Jawab :
y = Log
·      Dik : x = 3,22
  t = 10 menit
   m = 0,1 g
     Dit : y….?
     Jawab :
y = Log
·      Dik : x = 3
  t = 15 menit
   m = 0,1 g
     Dit : y….?
     Jawab :
y = Log
·      Dik : x = 2,92
  t = 20 menit
   m = 0,1 g
     Dit : y….?
     Jawab :
y = Log
·      Dik : x = 2,8
  t = 25 menit
   m = 0,1 g
     Dit : y….?
     Jawab :
y = Log
Tabel Model Biasa
x
y
3,7
2,27
3,22
2,51
3
2,65
2,92
2,77
2,8
2,85





Tabel Model Least Square
X
Y
Xy
X2
3,7
2,27
8,399
13,69
3,22
2,51
8,0822
10,3684
3
2,65
7,95
9
2,92
2,77
8,0884
8,5264
2,8
2,85
7,84
7,84
∑x = 2,9
∑y = 2,576
∑Xy = 7,4704
∑X2 = 8,41

4.4 Diskusi
4.4.1Masalah yang dihadapi pratikkan
·         Kesalahan dalam pembacaan skala pada buret titrasi
·         Kesalahan dalam pengocokkan campuran larutan dan adsorben
·         Kesalahan yang dilakukan pratikkan dan sebagainya.
4.4.2 Pertanyaan
1. Jelaskan tahap – tahap pembuatan arang aktif?
Jawaban :
a.       Metode Tradisional
Metode pembuatan arang aktif tradisional dapat dibuat dengan menggunakan drum. Bahan yang akan dibakar dimasukkan kedalam drum yang terbuat dari plat besi. Kemudian dinyalakan sehingga bahan baku tersebut terbakar. Pada saat pembakaran, drum tersebut ditutup rapat dan hanya ventilasi yang dibiarkan teruka sebagai jalan keluarnya asap. Ketika asap yang keluar berwarna kebiru- biruan, ventilasi ditutup dan dibiarkan selama kurang lebih 8 jam atau satu malam. Dengan hati-hati tutup drum dibuka dan dicek apakah masih ada bara yang menyala. Jika masih ada bara yang menyala, drum ditutup kembali.
Perlu diperhatikan tidak dibenarkan mematikan bara yang sedang menyala dengan menggunakan air karena dapat menurunkan kualitas arang tersebut.
b.      Metode  yang telah diperbaharui
Metode pembuatan arang aktif yang telah diperbaharui dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu :
·         Tahap Pengarangan ( Karbonisasi )
Pada tahap ini, bahan baku mengalami dekomposisi dan menghasilkan arang yang memiliki keaktifan atau daya serap yang rendah dan luas ermukaan hanya beberapa mm2/gr karbon, sedangkan unsur-unsur non karbon, hydrogen, oksigen, sebagian dilepaskan dalam bentuk gas melepaskannya.
·         Tahap pengaktifan ( Aktivasi )
Proses aktifasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktifasi adalah suatu perlakuan terhadapa arang yang bertujuan untuk memperbesar pori, yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul – moleku ermukaan sehingga mengalami perubahan sifat, baik sifat kimia maupun sifat fisika yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruhterhadap daya adsorbsi.

2. Tuliskan zat – zat aktifator yang digunakan dalam proses aktifasi?
Jawaban :
·         Aktifasi Kimia
Aktifator yang digunakan bahan bahan kimia hidroksida logam alkali, garam-garam karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah khususnya ZnCl2, asam-asam anorganik sepeti H2SO4 dan H3PO4.
·         Aktifasi Fisika
Aktifasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organic dengan bantuan panas, uap, CO2. Bahan baku terlebih dahulu dibuat menjadi arang, kemudian arang tersebut digerus lalu diayak dan selanjutnya diaktifasi. Pada aktifasi ini biasanya arang dipanaskan dalam furnace dengan temperature ( 600 – 900) o C.
3.Jelaskan fungsi dari arang aktif?
Jawaban :
·         Industri obat dan makanan untuk menyaring dan menghilangkan baud an rasa pada obat dan makanan.
·          Industri gula untuk penghilangan zat-zat warna dan menyerap proses penyaringan menjadi lebih sempurna.
·         Industri minuman keras dan ringan untuk menghilangkan baud an warna pada minuman.
·         Pembersih air untuk penghilagan bau, warna dan resin
·         Katalisator untuk reaksi katalisator vinil chloride dan vinil acetate
·         Budidaya udang untuk pemurnian, penghilangan ammonia dan logam berat.
·         Kimia perminyakan untuk penyulingan bahan mentah
·         Pemurnian gas untuk menghilangkan sulfur, gas beracun dan bau asap
·         Pelarut yang digunakan kembali untuk penarikan kembali berbagai pelarut.
·         Pengolahan pupuk untuk pemurnian dan penghilangan bau








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.    KESIMPULAN
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi adsorbs
·      Kecepatan Pengadukan, kecepatan pengadukan berpengaruh pada kecepatan proses adsorbsi dan kualitas bahan yang dihasilkan. Jika pengadukan terlalu lambat maka proses akan berjalan proses adsorbs akan berjalan lambat juga. Tetapi jika pengadukan terlalu cepat aka akan muncul kemungkinan struktur adsorbat mengalami kerusakan.
·      Luas Permukaan, Semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak zat yang teradsorbsi.
·      Jenis dan Karakteristik Adsorban, jenis adsorben yang digunakan umumnya adalah karbon aktif. Ukuran partikel dan luas permukaan karbon aktif akan luas permukaan karbon aktif akan menentukan tingkat dan kemampuan adsorbsi. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat adsorbs yaitu tingkat adsorbs naik jika ukuran partikel kecil. Leh karena itu adsorbsi menggunakan PAC ( Powdered Acivated Carbon ) lebih cepat dibandingkan menggunakan karbon GAC ( Granular Acivated Carbon ). Kapasitas total adsorbs karbon tergantung pada luas permukaannya. Ukuran partikel karbon tidak mempengaruhi luas permukannya. Oleh sebab itu GAC atau PAC dengan berat yang sama memiliki kapasitas adsorbs yang sama.
·      Jenis dan Karakteristik Adsorbat, jenis adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorbsi dibandingkan rantai yang lurus. Kemampuan adsorbs adsorbat biasanya akan meningkat jika memiliki polarisabilitas dan berat molekul yang tinggi.
·      Kelarutan Adsorbat, senyawa yang terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya sehingga lebih sulit diadsorbsi dibandingkan senyawa tidak larut.
·      Struktur molekul adsorbat dan konsentrasinya, hidrofil dan amino dapat mengurangi kemampuan adsrbsi, sedangkan nitrogen meningkatkan kemampua tersebut. Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben
·      pH, tingkat keasaman adsorbat berpengaruh pada proses adsorbs. Asam organic lebih mudah terabsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbs basa organic efektif pada pH tinggi.
·      Temperatur, naik turunnya tingkat adsorbsi dipengaruhi oleh temperature. Pemanasan adsorben akan menyebabkan pori-pori adsorben terbuka sehingga daya serapnya meningkat. Tetapi pemanasan yangterlalu juga dapat membuat struktur adsorben rusak sehingga daya serapnya menurun.
2. Konsentrasi CH3COOH 0,01 N ; CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH 0,004 N ; CH3COOH 0,05 N  setelah diadsorbsi dengan arang aktif adalah 0,00126 N
3. Volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH 0,01 N ; CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH 0,004 N ; CH3COOH 0,05 N  adalah 0,1 ml ; 0,3 ml ; 0,5 ml ; 0,6 ml ;0,8 ml
5.2.    SARAN
·         Sebaiknya pratikkan mempelajari cara kerja dan landasan teori sebelum pratikum agar tidak terjadi kesalahan selama pratikum.
·         Diharapkan agar penggunaan alat yang terbatas dan alat yang tidak valid tidak membuat percobaan kurang efisien
·         Sebaiknya pratikkan berhati-hati dalam melakukan titrasi, karena satu tetes titrat sangat berpengaruh terhadap hasil akhir titrasi, sehingga bias menjadikan data kurang valid.
·         Sebaiknya dalam pengenceran larutan yang dipakai adalah larutan induk yaitu larutan yang paling pekat atau konsentrasinya tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Bird tony.  Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk Universitas. Penerbit PT Gramedia     Jakarta. Jakarta.
2.      Sudjadi. 1987. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Jakarta.
3.      Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.


[1] Bird tony.  Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk Universitas (Jakarta: PT Gramedia), hlm. 90-92.

1 Bird tony.  Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk Universitas ( Jakarta: PT Gramedia), hlm. 90-92.

2 Sudjadi. Kimia Farmasi Analisis ( Jakarta: Pustaka Pelajar,1987), hlm. 135.
3Sukardjo. Kimia Anorganik ( Jakarta: Rineka Cipta,1990), hlm. 290-295.

3Sukardjo. Kimia Anorganik ( Jakarta: Rineka Cipta,1990), hlm. 290-295.
3Sukardjo. Kimia Anorganik ( Jakarta: Rineka Cipta,1990), hlm. 290-295.
3Sukardjo. Kimia Anorganik ( Jakarta: Rineka Cipta,1990), hlm. 290-295.

No comments:

Post a Comment