Thursday, June 18, 2015

KEREAKTIFAN PIRIDINA SENYAWA HETEROSIKLIK

b. Kereaktifan Beberapa Senyawa Heterosiklik

1) Piridina (Cincin 6 Anggota)

Senyawa heterosiklik dengan enam anggota yang paling umum adalah piridina. Piridina memiliki struktur sama dengan benzena, berupa cincin datar dengan lima atom karbon dan satu atom nitrogen. Setiap atom dalam cincin terhibridisasi secara sp2. Oleh karena piridina memiliki satu atom nitrogen yang bersifat elektronegatif maka senyawa piridina bersifat polar, sedangkan benzena bersifat non polar. Piridina tidak dapat dialkilasi atau diasilasi seperti pada benzena melalui reaksi friedel-craft. Piridina dapat disubstitusi oleh bromin hanya pada suhu tinggi dalam fasa uap sehingga diduga reaksi berlangsung melalui pembentukan radikal bebas. Reaksi substitusi terjadi pada posisi karbon nomor 3.


Kesamaan lain antara piridina dan benzena adalah keduanya tahan terhadap serangan oksidasi. Reaksi oksidasi dapat terjadi pada gugus samping, sedangkan cincinnya tetap utuh.

Monday, June 15, 2015

TATA NAMA SENYAWA HETEROSIKLIK

a. Tata Nama Senyawa Heterosiklik

Sama seperti senyawa polisiklik aromatik, senyawa heterosiklik aromatik juga memiliki nama tertentu sebagai berikut.




Penataan nama senyawa heterosiklik menggunakan sistem penomoran. Nomor terendah sedemikian rupa diberikan kepada atom selain karbon yang terkandung dalam. Contoh seperti gambar di atas. Penamaan nama dapat juga mengandung huruf yunani untuk substituen mono, sama seperti pada senayawa polisklik aromatik

Saturday, June 13, 2015

SENYAWA HETEROSIKLIK AROMATIK

Senyawa heterosiklik aromatik adalah suatu senyawa siklik di mana atom-atom yang terdapat dalam cincin terdiri atas dua atau lebih unsur yang berbeda. Cincin heterosiklik dapat bersifat aromatik, sama seperti pada cincin benzena. Senyawa heterosiklik banyak terdapat di alam sebagai suatu alkaloid (seperti morfin, nikotin, dan kokain), asam-asam nuklet (pengemban kode genetik), dan senyawa biologi lainnya. Contoh:

 
 
Contoh-contoh senyawa tersebut tergolong senyawa heterosiklik. Dalam kerangka cincin, selain atom karbon, juga terdapat atom nitrogen. Ketiga struktur tersebut berbeda karena posisi gugus metil (teobromin dan teofilin berisomer struktural). Perbedaan struktur ini menimbulkan perbedaan sifat fisika dan kimia. Kafein terdapat dalam kopi yang bersifat candu. Teobromin terdapat dalam cokelat yang juga bersifat candu. Teofilin tergolong obat-obatan broncodilator (sesak napas). Nikotin terdapat dalam tembakau dan bersifat candu.

Friday, May 22, 2015

Titrasi Asam Basa (netralisasi)

TITRASI ASAM BASA

titrasi asam basa

  1. Prinsip Dasar

Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan basa
H3O+ + OH ⇔ 2 H2O
Dalam titrasi ini berlaku hubungan :
jumlah ekivalen asam (H3O+) sama dengan jumlah ekivalen basa (OH).
Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Larutan baku asam dapat dibuat dari HCl, H2SO4 atau HClO4, sedangkan larutan baku basa dibuat dari NaOH atau KOH. Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan perhitungan langsung dari berat zat yang mempunyai kemurnian tinggi, stabil dan bobot ekivalen tinggi kemudian dilarutkan sampai volume tertentu. Sedangkan larutan baku sekunder, konsentrasinya harus ditentukan terlebih dahulu dengan pembakuan/standarisasi terhadap baku primer.
Contoh:
Baku primer              : Na2CO3, Na2B4O7, Kalium Hidrogen Ptalat (KHP), H2C2O4
Baku sekunder         : HCl, H2SO4, NaOH, KOH
Titrasi netralisasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat; asam/basa lemah dengan basa/asam kuat seperti:
NH4OH + H3O+ ⇔ NH4+ + 2H2O                 (basa lemah dengan asam kuat)
CH3COOH + OH ⇔ CH3COO + H2O      (asam lemah dengan basa kuat)
CH3COO + H3O+ ⇔ CH3COOH + H2O    (garam dengan asam kuat)
NH4+ + OH ⇔ NH3 + H2O                           (garam dengan asam kuat)
Kedua contoh terakhir di atas menggambarkan titrasi garam monofungsional. Garam-garam tersebut dalam air mengalami hidrolisis menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa. Apakah garam-garam ini dititrasi dengan asam atau basa bergantung pada nilai Ka dan Kb. Bila nilai Ka>Kb (larutan lebih bersifat asam), maka garam tersebut dapat dititrasi dengan basa, bila sebaliknya (Ka3
COOH atau NH4OH. Asam-asam poliprotik/polifungsional (H3PO4, H3AsO4) bila dititrasi dengan basa kuat dapat mempunyai titik ekivalen lebih dari satu.
H3PO4 + NaOH –> NaH2PO4 + H2O                       (Titik Ekivalen  I)
NaH2PO4 + NaOH –> Na2HPO4 + H2O                 (Titik Ekivalen II)
Titik ekivalen pertama ditentukan oleh pH larutan NaH2PO4/NaH2AsO4 dan titik ekivalen kedua oleh pH larutan Na2HPO4/Na2HAsO4. Garam-garam tersebut karena dapat terhidrolisis menjadi asam dan basa maka untuk:
Titik Ekivalen  pertama        : [H3O+] = √K1K2
Titik Ekivalen  kedua           : [H3O+] = √K2K3
Untuk garam-garam amfoter seperti NaHCO3, NaH2PO4, Na2HPO4 sifat larutannya ditentukan oleh nilai Ka dan Kb. Besarnya nilai Ka dan Kb menentukan apakah garam-garam tersebut sebaiknya dititrasi dengan asam atau basa. Bila nilai Ka>Kb maka sebaiknya garam tersebut dititrasi dengan basa kuat atau sebaliknya dengan asam kuat.
Seperti halnya asam-asam polifungsional, titrasi garam-garam seperti Na2CO3 dan Na3PO4 mempunyai titik ekivalen lebih dari satu. Garam tersebut dalam larutan bersifat basa sehingga dapat dititrasi dengan asam. Contoh:
CO32 + H3O+ ⇔ HCO3 + H2O
HCO3 + H3O+ ⇔ H2CO3 + H2O
Titik ekivalen pertama ditentukan oleh pH larutan NaHCO3 dan titik ekivalen kedua oleh pH larutan H2CO3

Titik akhir titrasi dan pemilihan indikator

Titik akhir titrasi ditentukan dengan memilih indikator yang warnanya berubah sekitar titik ekivalen. Misalnya pada titrasi larutan garam Na2CO3 dengan larutan HCl, titik ekivalen pertama terjadi pada [H3O+] = √K1K2 nilai pH sekitar 8,35. Jadi indikator yang dapat digunakan adalah fenolftalein (8,1 – 10) yang berubah dari merah menjadi tidak berwarna. Pada titik ekivalen kedua, [H3O+] = √Ka1 nilai pH = 3,17; dan indikator yang sesuai adalah jingga metil. Dengan indikator ini perubahan warna yang diamati kurang tajam. Untuk memperbaiki pengamatan pada titik ekivalen ini, larutan dapat dididihkan terlebih dahulu, sehingga gas CO2 keluar dan sifat larutan ditentukan oleh garam NaCl yang tertinggal. Kelebihan asam dititrasi dengan larutan baku basa, dengan demikian dapat digunakan indikator metil jingga.
Pada pemilihan indikator harus diperhitungkan pula zat apa yang digunakan sebagai titran (yang diisikan dalam buret). Misalnya pada titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH. Jika larutan HCl dipakai sebagai titran, larutan analit bersifat basa, maka indikator fenolftalein yang ditambahkan pada analit berwarna merah. Hilangnya warna merah indikator terjadi pada pH 8,1; sedangkan titik ekivalen titrasi terdapat pada pH 7,0. Jadi hilangnya warna merah terjadi sebelum titik ekivalen tercapai. Karena itu sebaiknya dipakai indikator dengan trayek perubahan warna pada sebelum atau sekitar pH 7,0.

source

Thursday, May 21, 2015

Sistem Koloid : Pembuatan Koloid dan Dispersi Koloid

pembuatan koloid
Merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya mengenai sifat koloid

Pembuatan Koloid

Larutan Koloid dapat dibuat dengan dua cara :

Dengan Cara Dispersi

jalan Cara Dispersi adalah suatu cara pembuatan larutan koloid dengan mengubah partikel-partikcl kasar menjadi partikel koloid.
Partikel kasar –> Partikel Koloid
Cara dispersi ini dapat dilakukan dengan cara kimia atau cara mekanik
a. Dengan cara Mekanik
Materi yang besar dihaluskan dengan cara menggunakan penggilingan koloid. karbon kasar dijadikan halus lalu didispersikan ke dalam air.
b. Dengan cara Peptisari
Dengan penambahan elektrolit (zat kimia) maka endapan yang terjadi dapat diubah menjadi partikel koloid. Endapan Al(OH)3, terjadi apabila reaksi pembentukan Al(OH)3 dalam jumlah yang banyak. Endapan tersebut dapat berubah menjadi koloid apabila ditambah AlCl3 Jika Gas H2S dialirkan keendapan cas atau endapan NiS akan terbentuk Sol S yang terdispersi. Maka endapan ini membentuk sol sulfida bukan dan larutan.

Dengan Cara Kondensasi

Cara kondensasi dapat dilakukan dengan cara kimia atau dapat dilakukan dengan cara penurunan kelarutan. Atau partikel-partikel diubah menjadi partikel besar yang berukuran koloid. Untuk menurunkan kelautan zat tersebut kita ganti pelantnya. Dalam proses kondensasi, molekul molekul dari larutan direaksikan menghasilkan suatu senyawa
yang sukar larut dalam ni dan membentuk partikel koloid.
Partikel molekuler (kondensasi) —> Partikel koloid
Reaksi kimia yang sering dilakukan untuk menghasilkan partikel koloid dapat dilihat pada contoh berikut ini:

Reaksi Redoks

Pada reaksi berikut terjadi perubahan bilangan oksidasi:
a. Pembuatan sol belerang
sol belerang ini dapat dibuat dengan mengalirkan gas H2S kedalam lantan SO2
2H2S + SO2  –> 3S + 2H2O
b. Pembuatan sol emas
2AuCl3 + 3HCOH + 3H2O –> 2Au + 6HCl + 3HCOOH
AuCl3 + 3FeSO4 –> Au + Fe2(SO4)2 + FeCl3

Reaksi Hidrolisis

a. Dengan penambahan larutan FeCl3 ke dalam air yang sedang mendidih membentuk sol Fe(OH)3, maka reaksi elektrolisa dapat terbentuk sebagai berikut
FeCl3 + 3H2S –>Fe(OH) 3 + 3HCl
b. Sol senyawa hidrolisis yang sukar larut seperti Fe(OH) 3. Al(OH)3 dapat dibuat dari reaksi hidrolisis dengan air.
Contoh:

1. Pembuatan sol Fe(OH)3

Dalam air yang mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terjadi
FeCl2 +H20 –> Fe(OH)3 + 3HCl

2. Pembuatan sol Al(OH)3

Jika air dimasukan larutan Al(SO4)3, atau AlCl3 (tawas) akan terjadi :
AlCl3 + 3H2O –> Al(OH)3 + 3HCl

3. Reaksi penggaraman

Pada pereaksi yang encer dapat membentuk partikel koloid dari beberapa sol garam yang sukar larut, seperti BaSO4, PbI2, AgCl, PbSO4, AgBr
Contoh
AgNO3 + NaCl –> AgCl + NaNO3

4. Reaksi subtitusi

Dalam larutan asam arsent encer melalui reaksi subtitusi, dialirkan gas H2S membentuk sol As2S3 sebagai berikut.
2H3AsO3 + 3H2S –> As2S3 + 6H20

Dispersi Koloid

Sistim dispersi zat dapat dibedakan menurut ukurannya
1.Dispersi halus
Ukuran partikel-partikel suatu zat yang  didispersikan antara 1 sampai dengan 100 millimikron.
2. Dispersi kasar
Partikel partikel zat yang didispersikan lebih dari 100 millimikron.
3. Dispersi molekuler
Partikel partikel yang lebih kecil dari pada 1 millimikron merupakan partikel-partikel zat yang didispersikan. Ada beberapa fase dari sistim koloid tersebut, yaitu : fase dispersi dan fase medium dispersi. Kedua fase ini terdapat gas cair dan padat.
Jadi pada kedua fasa tersebut di atas terdapat hubungan sistimkoloid dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Wednesday, May 20, 2015

Sistem Koloid : Sifat Sifat Koloid

SISTEM KOLOID

Sifat Sifat Koloid

Sifat khas dari partikel koloid sesuai dengan Efek Tyndall, Gerak Brown adsorpsi, koaguasi, koloid pelindung dan dialisa.

1. Efek Tyndall

efek tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh patikel partikel debu yang terdapat dalam ruang jika seberkas cahaya yang dilewatkan pada suatu ruang yang gelap melalui suatu celah atau larutan maka berkas cahaya atau sorotan cahaya akan nampak jelas hal ini disebut dengan sistim koloid
Seorang Ahli fisika berkebangsaan Inggris yang benama John Tyndall (1820-1893) adalah orang pertama kali menerangkan bahwa jika seberkas cahaya yang diarahkan kedalam suatu medium akan terlihat suatu gejala yang mengandung partikel-partikel koloid Disamping itu dia juga berhasil mengemukakan bahwa adanya penghubung cahaya dari daerah panjang gelombang biru yang disebabkan adanya partikel-partikel oksigen dan nitrogen diudara sehingga langit nampak berwarna biru. Satu contoh lagi yang membuktikan teriadinya efek tyndall yaitu jika kita naik motor pada malam yang gelap dimusim kemarau maka sorot lampu motor akan kelihatan nampak jelas jika ada sedikit partikel partikel debu. demikian pula sebaliknya setelah teradi hujan maka sorotan lampu motor tersebut tidak nampak jelas.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut tentang terjadinya sistem koloid

2. Gerak Brown

gerak brown
Gerak Brown adalah suatu gerak yang tidak teratur atau secara acak karena terjadi saling benturan molekul molekul zat dispersi pada partikel koloid. Partikel partikel ini dapat terlihat jelas jika kita mempergunakan mikroskop ultra.
Gerak brown ini juga membuktikan adanya teori kinetik molekul gerak ini semakin hebat jika terdapat pada partkel partikel koloid yang sangat kecil

3. Muatan Koloid

muatan koloid
Koloid yang bermuatan positif dan koloid yang bermuatan negatif
Contoh :
Koloid yang bermuatan negatif ialah As2S3. karena menyerap ion ion negatif pada partikel partikel koloid dan yang bermuatan positif ialah Fe(OH)3 karena dalam air akan menyerap ion H+

4. Adsorpsi Koloid

adsorpsi koloid
Partikel koloid menyerap ion-ion pada bidang permukaan, yang menyebabkan partikel koloid tersebut bermuatan listrik positip atau bermuatan listrik negatif
Contoh :
Partikel koloid Fe(OH)3 air akan menyerap ion-ion H+ sehingga dapat bermuatan positif.
Sedangkan koloid pelindung adalah koloid yang dicampur dengan koloid yang lain tidak mengalami penggumpalan. Koloid pelindung ini akan melapisi partikel koloid lain sehingga dapat melindungi muatan koloid tersebut.
Misalnya:
Pada tinta atau pada cat jika tidak diberi koloid pelindung akan terjadi pengendapan.
sifat-sifat adsorpsi koloid sebagai berikut:
  • Dapat menjernihkan air yang keruh dengan memberikan tawas K2SO4 Al2 (SO4)3 sehingga menghasilkan partikel koloid Al (OH)3 yang mampu mengendapakan kotoran
  • Menjernihkan larutan gula dari bentuk yang berwarna coklat menjadi putih
  • Untuk menghilangkan bau badan digunakan sabun berlangsung berdasarkan cara adsorpsi buih sabun menggunakan permukaan yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang melekat
  • Untuk mewarnai serat wol kapas atau sutera kita gunakan sistim adsorpsi serat tersebut apabila diwamai maka dicampur dengan garam Al2(SO4)3, kemudian dicelupkan dalam larutan zat wama. Koloid Al(OH)3 terbentuk karena hidrolisa Al2(SO4)3 akan mengadopsi zat warna.

5. Koagulasi Koloid

koagulasi koloid
Kaagulasi koloid ialah peristiwa terjadiya pengendapan koloid. Ada beberapa cara dalam melakukan koagulasi adalah :
  • Dengan cara penambahan zat elektrolit misalnya partikel-partikelkaret alam dalam lateks dikoagulasikan dengan asam asetat.
  • Dengan cara mekanik yaitu diadakan pengadukan, pemanasan, Pendinginan
  • Pencampuran dua jenis larutan koloid yang bermuatan berlawanan.
Misalnya :
Campuran sistim koloid  As2S3 yang bermuatan negatif dan sistim koloid Fe(OH) yang bermuatan positif akan mengumpul

6. Koloid Liofil dan Liofob

tanti
Koloid liofil adalah koloid sol dimana partikel-partikel koloid yang dapat mengikat atau menarik pelarutnya (cairannya).
Contoh: Agar Agar kanji, sagu, jika kita rebus akan mengembang yang tadinya satu bungkus atau satu gelas akan menjadi satu piring bahkan menjadi setengah panci.
Koloid Liofob adalah koloid sol dimana sistim koloid yang partikel – partikelnya tidak dapat menarik molckul-molekul pelarutnya
Contoh : Koloid liofob adalah sol belerang sol emas, sistem koloid AgCl. sol Ag2, sol Fe(OH)3

7. Dialisis

koloid dialisis
Dialisis adalah proses pemumian partikel-partikel koloid atau proses penyaringan koloid dengan cara kita menggunakan kertas perkamen (membran). Yang diletakkan kedalam air yang sedang mengalir dimana patikel-partikel koloid dari muatan-muatan tersebut menempel pada permukaannya. Adanya ion-ion tersebut merupakan hasil dari sisa-sisa pereaksi pada proses pembuatannya.

8. Elektro foresa

koloid elektrofores
Pada partikel-partikel koloid yang bermuatan dengan bantuan arus listrik yang mengalir ke masing-masing elektroda yang muatannya berlawanan. Maka partikel-partikel elektroda yang bermuatan positif bergerak ke elektroda negatif sedangkan partikel elektroda negatif ke elektroda positif maka setelah bergerak sampai kemasing-masing elektroda biasanya partikel koloid membentuk koagulasi. Jadi pada peristiwa koloid yang bermuatan yang disebut pemisahan Elektro foresa.

Tuesday, May 19, 2015

Rumus Materi Stoikiometri

I. HUKUM DASAR ILMU KIMIA

a. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
“Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”.
Contoh:
S + O 2 → SO 2
2 gr 32 gr 64 gr
b. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
“Perbandingan massa unsur dalam tiap senyawa adalah tetap”
Contoh:
H 2 O → massa H : massa O = 2 : 16 = 1 : 8
c. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)
“Jika dua unsur dapat membentuk dua senyawa atau lebih, dan massa salah satu unsur sama, perbandingan massa unsur kedua berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”.
Contoh:
– Unsur N dan O dapat membentuk senyawa NO dan NO 2
– Dalam senyawa NO, massa N = massa O = 14 : 16
– Dalam senyawa NO 2 , massa N = massa O = 14 : 32
– Perbandingan massa N pada NO dan NO 2 sama maka
perbandingan massa O = 16 : 32 = 1 : 2
d. Hukum Gas Ideal
Untuk gas ideal atau suatu gas yang dianggap ideal berlaku rumus :
PV = n RT
\frac{P_1V_1}{n_1 RT_1} = \frac{P_2V_2}{n_2 RT_2}
Keterangan:
P = tekanan (atmosfir)
V = volume (liter)
n = mol = gram/Mr
R = tetapan gas (lt.atm/mol.K)
T = suhu (Kelvin)
Dari rumus tersebut dapat diperoleh :
rangkuman materi stoikiometri

II. MASSA ATOM RELATIF DAN MASSA MOLEKUL RELATIF

rangkuman materi stoikiometri

III. KONSEP MOL

a. Dalam ilmu kimia satuan jumlah yang digunakan adalah mol
b. satu mol adalah sejumlah zat yang mengandung 6,02 x 10^23 partikel
Hubungan Mol dengan jumlah partikel
Jumlah Partikel = mol x 6,02 x 10^23
mol = Jumlah partikel / 6,02 x 10^23
Hubungan Mol dengan Massa 
Untuk unsur :
  • mol = gram / Ar
  • gram = mol x Ar
Untuk senyawa :
  • mol = gram/Mr
  • gram = mol x Mr
Hubungan Mol dengan Volume Gas
Setiap satu mol gas apa saja keadaan standard (0oC, 1 atm) mempunyai volume : 22, 4 liter.
  • Volume gas = mol x 22,4
  • mol = Volume / 22,4
Hubungan mol, jumlah partikel dan hubungan gas dapat digambarkan dalam bentuk
diagram sebagai berikut :
rangkuman materi stoikiometri

IV. PERSAMAAN REAKSI

Suatu reaksi benar jika memenuhi :
• Hukum kekekalan massa
• Hukum kekekalan muatan
Untuk memenuhi kedua hukum tersebut, koefisien reaksi harus disetarakan.
Dalam suatu reaksi, koefisien reaksi menyatakan : Perbandingan mol atau untuk fase gas juga menyatakan perbandingan volume.
rangkuman materi stoikiometri
Keterangan :
Berat = mol x Mr (atau Ar)
Jumlah partikel = mol x 6,02 x 10^23
Volume (0oC , 1 atm) = mol x 22,5 L

V. RUMUS EMPIRIS DAN RUMUS MOLEKUL

Rumus Empiris : rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa.
Rumus Molekul : rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun satu molekul senyawa.

rangkuman materi stoikiometri 

source

Sunday, April 19, 2015

MAKALAH ISOTERM ADSORBSI LANGMUIR DAN FREUNDLICH



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan Percobaan
1.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi adsorbs
2.      Untuk mengetahui konsentrasi CH3COOH 0,01 N ; CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH 0,004 N ; CH3COOH 0,05 N  setelah diadsorbsi dengan arang aktif
3.      Untuk mengetahui volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH 0,01 N ; CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH 0,004 N ; CH3COOH 0,05 N 













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ISOTERM FREUNDLICH
Ada dua persamaan yang sering dipakai untuk menjelaskan proses adsorpsi pada permukaan zat padat. Yang pertama adalah persamaaan Langmuir yang dikenal sebagai “Isoterm Adsorbsi Langmuir”. Persamaan ini berlaku untuk adsorbs lapisan tunggal (Monolayer) pada permukaan zat yang homogeny. Persamaan Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya suatu keseimbangan antara molekul yang diadsorbsi dan molekul yang masih bebas. Isoterm tersebut dapat dituliskan sebagai berikut[[1]]:
c = Konsentrasi molekul zat terlarut yang bebas ( yaitu terdapat dalam larutan )
x = Jumlah mol zat terlarut yang teradsorbsi oleh m gram adsorben
a = tetapan
(x/m)maks = Kapasitas monolayer
Isoterm Freundlich adalah persamaan empiris ( yaitu tidak dapat diturunkan secara teoritis ). Isoterm tersebut adalah sebagai berikut[1] :
x/m = kc3/m
n = Tetapan empiris
k = Tetapan
2.2 PERSAMAAN GIBBS
Adsorbsi adalah peningkatan konsentrasi suatu zat padat pada permukaan antara dua fasa dibandingkan dengan konsentrasi zat tersebut dalam medium pendispersinya[1].
Untuk zat yang larut dalam cairan, persamaan Gibbs, dapat digunakan untuk menghitung berapa banyak zat yang diadsorbsi pada permukaan. Persamaan Gibbs adalah sebagai berikut[1]:
r = Surface excess (yakni perbedaan konsentrasi molekul dalam larutan dengan konsentrasu molekul pada permukaan larutan)
a = Aktivitas ( kalau larutan itu encer  a=c , dimana c adalah konsentrasi dalam satuan mol/liter)
R = Tetapan gas 8,314 x 107 dyne cm K-1 mol-1
y = Tegangan permukaan
dy/dc = Turunan y terhadap konsentrasi
Kalau amil alcohol sebagai zat terlarut dilarutkan dalam air, surface excess zat terlarut tersebut pada permukaan antara cairan dan udara data dihitung[1].
Nilai I- tetap. Nilai T maksimum dapat dihitung dari kurva. Selanjutnya dapat ditentukan luas dari satu molekul zat terlarut pada permukaan[1][2].



2.3  ADSORPSI
Telah diketahui, bahwa beberapa jenis arang dapat menyerap sejumlah tertentu gas atau menyerap za-zat warna dari larutan. Peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain semacam ini, disebut adsorpsi. Zat yang diserap disebut fase terserap sedang zat yang menyerap disebut adsorbens, kecuali zat padat adsorbens, dapat pula berupa zat cair. Karena itu adsorpsi dapat terjadi antara: zat
padat dan zat cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair, atu gas dan zat cair[2].   
Peristiwa adsorpsi ini disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi, karena pada absorpsi zat yang diserap masuk kedalam absorbens, misalnya absorpsi air oleh sponge atau uap air oleh Ca Cl2 anhidrous[2].
a.           Adsorpsi gas oleh zat padat
Adsorbens padat yang baik, ialah yang porositasnya tinggi, seperti Pt halus, arang,  dan silika gel. Permukaan zat ini sangat luas, hingga adsorpsi terjadi pada banyak tempat. Namun demikian, adsorpsi dapat terjadi pada permukaan yang halus seperti gelas atau platina[3].
Adsorpsi gas oleh zat padat ditandai oleh kenyataan-kenyataan sebagai berikut[3]:
(a)               Adsorpsi bersifat selektif, artinya suatu adsorbens dapat menyerap banyak sekali suatu gas, tetapi tidak menyerap gas-gas tertentu.
(b)               Adsorpsi terjadi sangat cepat, hanya kecepatan adsorpsi makin berkurang dengan makin banyaknya gas yang di serap.
(c)               Jumalah yang diserap tergantung temperatur, makin jauh jarak antara temperatur
            pe[3]nyerapan dari temperatur kritis, makin sedikit jumlah gas yang diserap.
(d)              Adsorpsi tergantung dari luas permukaan adsorbens adsorbens, makin porous absorbens makin besar daya adsorpsinya. 
(e)               Adsorpsi tergantung jenis adsorbens dan pembuatan adsorbens. Arang yang terbuat dari suatu bahan yang dibuat dengan berbagai cara, mempunya daya serap berbeda pula.
(f)                Jumlah gas yang diadsorpsi persatuan berat adsorbens, tergantung tekanan persial gas,makin besar tekanan makin banyak gas diserap.
(g)               Namun demikia, bila penyerapan telah jenuh, tekanan tidak berpengaruh.
(h)               Adsorpsi merupakan proses reversibel. Bila tidak terjadi reaksi kimia.
Gas
Volume (ml) pada
0oC 76 cm Hg.
Klor
Amoniak
Hidrogen sulfida
Karbon dioksida
Karbon dioksida
Oksigen
Nitrogen
Hidrogen

236
181
99
48
9,3
8,2
8,0
4,7

Tabel 12.1 diberikan daya seap gas pada tekanan 1 atm oleh 1 gram arang 15oC[3].

2.3.1.   Adsorpsi zat terlarut terhadap zat padat
Arang merupakan adsorbens yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat warna dalam larutan[3].[4]
Penyerapan zat dari larutan, mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut. Bila dalam larutan hanya ada dua zat atau lebih, zat yang satu akan diserap lebih kuat dari yang lain. Zat-zat yang dapat menurunkan tegangan muka antara, lebih kuat diserap. Makin kompleks zat yang terlarut, makin kuat diserap oleh adsorbens. Makin tinggi temperatur, makin kecil daya serap, namun demikian pengaruh temperatur tidak sebesar seperti pada adsorpsi gas[3].
Jumlah zat yang diserap setiap berat adsorbens, tergantung konsentrasi dari zat terlarut. Namun demikian, bila adsorbens sudah jenuh, konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Persamaan Freundiich dan langmulir juga berlaku untuk larutan[3].

2.3.2 Jenis adsorpsi.
Adsorpsi ada dua jenis, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Pada adsorpsi fisika, adsorpsi disebabkan oleh gaya vab der Waals yang ada pada permukaan adsorbens. Panas adsorpsi fisika biasanya rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan adsorbens biasanya lebih dari satu molekul[3].
Pada adsorpsi kimia, terjadi reaksi pada zat yang diserap dan adsorbens. Lapisan molekul pada permukaan adsorbens hanya satu lapis panas adsorpsinya tinggi[3].
Dalam hal-hal tertentu, gas diserap dalam keadaan utuh pada permukaan adsorbens. Dalam keadaan lain, seperti hidrogen pada permukaan Pt hitam, molekulnya terpecah menjadi atom-atom. Akibat dari hal ini ialah hidrogen menjadi aktif sekali, karena itu Pt selalu dipakai sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi dengan hidrogen[3].

2.3.3.      PENGGUNAAN ADSORPSI
Adsorpsi gas oleh zat padat, digunakan pada gas masker. Alat ini berisi arang halus, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan, misalnya gas racun. Arang halus yang juga dipakai untuk membuat vakum, dengan temperatur yang rendah, dapat dibuat vakum sampai 10-4 mm[3].
Grafit banyak dipakai sebagai pelumas, karena molekul nya di pipih, hingga mudah bergeser satu terhadap yang lain. Namun ternyata, bahwa pada temperatu yang tinggi, sifat pelumas grafit sangat berkurang dan kembali lagi bila temperatur direndahkan. Sekarang didapatkan, bahwa sifat pelumas disebabkan karenagrafit menyerap gas dari udara. Adanya gas ini memperlemah gaya van der waals yang ada antara atom-atom karbon dalam grafit, hingga grafit mudah bergeser. Bila temperatur tinggi, gas yang diserap dilepaskan, gaya-gaya van der waals bekerja lagi dan molekulnya sukar bergeser[3][5].
Dalam analisis kimia, kadang-kadang diperoleh kesukaran,karena adanya daya serap dari berbagai endapan terhadap ion-ion dalam larutan. Endapan BaSO4 mudah menarik ion-ion Cu2+, Cd2+  dan ion logam lainnya. Demikian juga anion seperti ion NO3-, hingga Ba (NO3)2 tidak dapat dipakai sebagai pengendap SO42-. Kontaminasi dari ion-ion ini sukar dihilangkan[3].
Zat-zat berwarna yang terdapat dalam gula, cuka dan minyak goreng dihilangkan dengan arang. Proses dekolorisasiini banyak dipakai di dalam pabrik-pabrik[3].
Adsorpsi cairan gas sangat penting pada pembentukan dan stabilisasi busa. Busa adalah gelembung-gelembung gas yang diliputi oleh cairan. Busa dari CO2 dengan air dapat di stabilkan dengan saponin atau ekstrak kayu manis, dan ini penting untuk pembuatan isi dari alat pemadam api[3].
Analisis kromatografi, berdasarkan adsorpsi selektif oleh adsorbens. Bila beberapa zat dapat larut dalam suatu pelarut, komponen-komponen dalam larutan dapat dipisahkan dengan menuangkan larutan ini melalui adsorbens tertentu, seperti alumina, magnesium oksida, serbuk gula, arang dan sebagainya. Adsorbens yang dipakai diletakan dalam kolom dari gelas dan larutan yang akan dipisahkan dituangkan dari atas. Zat yang mudah diserap, akan terdapat di bagian atas kolom dan yang sukar diserap terdapat dibagian bawah[3].
Dengan pelarut yang cocok, bagian–bagian zat yang diserap adsorbens dapat dilarutkan kembali, hingga masing-masing zat dapat dipisahkan.
Saat ini analisis khromatografi mempunyai arti sangat penting dalam kimia organik. Bermacam-macam adsorbens dan alat telah dibuat, untuk keperluan analisis khromatografi tersebut[3][6].   
    





BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
 -  Erlenmeyer
 -  Beaker glass
 - Buret
 - Gelas ukur
 - Pipet volume
 - Pipet tetes
 - Bola karet
 - Statif dan klem
 - Corong kaca
 - Spatula
 - Kertas saring
 - Plastik dan karet
 - Botol aquadest
3.2 Bahan
 - CH3COOH 0,01 N
 - CH3COOH 0,02 N
 - CH3COOH 0,03 N
- CH3COOH 0,04 N
 - CH3COOH 0,05 N
 - Aquadest
 - NaOH 0,02 N
- Indikator Fenolftalein
- Arang aktif
3.3 Prosedur Percobaan
- Diukur 10 ml CH3COOH 0,01N kemudian dimasukkan kedalam erlemeyer
- Ditambahkan 0,1 g arang aktif lalu ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet
- Dikocok selama 5 menit lalu disaring
- Dipipet sebanyak 5 ml filtrat kemudian ditambahkan 3 tetes indikator pp
- Dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai larutan berubah warna dari bening menjadi merah orens
- Dilakukan hal yang sama untuk CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH 0,04 N ; CH3COOH 0,05 N dengan waktu pengocokan 10 menit, 15 menit, 20 menit, dan 25 menit
- Dicatat






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan
No
Volume CH3COOH ( ml )
Normalitas CH3COOH ( N )
Arang aktif
( g )
Indikator PP
( tetes )
Waktu
( menit )
Volume NaOH 0,02 N
1
10 ml
0,01 N
0,1 g
3 tetes
5 menit
0,1 ml
2
10 ml
0,02 N
0,1 g
3 tetes
10 menit
0,3 ml
3
10 ml
0,03 N
0,1 g
3 tetes
15 menit
0,5 ml
4
10 ml
0,04 N
0,1 g
3 tetes
20 menit
0,6 ml
5
10 ml
0,05 N
0,1 g
3 tetes
15 menit
0,8 ml

4.2 Reaksi Percobaan
·         CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
·         CH3COOH + Indikator PP →

4.3 Perhitungan
1. Penentuan Konsentrasi CH3COOH
·      Dik : V1 = 10 ml
     V2 = 0,1 ml
     N2 = 0,02 N
Dit : N1 ….?
Jawab :
V1.N1 = V2. N2
10 ml. N1 = 0,1 ml. 0,02 N
10ml. N1 = 0,0126 ml.N
N1 =0,002 ml.N/10 ml
N1 = 0,0002 N
·      Dik : V1 = 10 ml
  V2 = 0,3 ml
   N2 = 0,02 N
     Dit : N1…..?
     Jawab :
V1.N1 = V2. N2
10 ml. N1 = 0,3 ml. 0,02 N
N1 = 0,006 ml.N/10 ml
N1 = 0,0006 N
·      Dik : V1 = 10 ml
  V2 = 0,5 ml
   N2 = 0,02 N
     Dit : N1…..?
     Jawab :
V1.N1 = V2. N2
10 ml. N1 = 0,5 ml. 0,02 N
N1 = 0,01 ml.N/10 ml
N1 = 0,001 N
·      Dik : V1 = 10 ml
  V2 = 0,6 ml
   N2 = 0,02 N
     Dit : N1…..?
     Jawab :
V1.N1 = V2. N2
10 ml. N1 = 0,6 ml. 0,02 N
N1 = 0,012 ml.N/10 ml
N1 = 0,0012 N
·      Dik : V1 = 10 ml
  V2 = 0,8 ml
   N2 = 0,02 N
     Dit : N1…..?
     Jawab :
V1.N1 = V2. N2
10 ml. N1 = 0,8 ml. 0,02 N
N1 = 0,016 ml.N/10 ml
N1 = 0,0016 N




2.    Penentuan nilai log kosesntrasi CH3COOH
·      Dik : N = 0,0002 N
     Dit : X…..?
     Jawab :
X = - log N
X = - log 0,0002 N
X = 3,7
·      Dik : N = 0,0006 N
     Dit : X…..?
     Jawab :
X = - log N
X = - log 0,0006 N
X = 3,22
·      Dik : N = 0,001 N
     Dit : X…..?
     Jawab :
X = - log N
X = - log 0,001N
X = 3
·      Dik : N = 0,0012 N
     Dit : X…..?
     Jawab :
X = - log N
X = - log 0,0012 N
X = 2,92
·      Dik : N = 0,0016 N
     Dit : X…..?
     Jawab :
X = - log N
X = - log 0,0016 N
X = 2,8

3.    Penentuan nilai y

·      Dik : x = 3,7
  t = 5 menit
   m = 0,1 g
     Dit : y….?
     Jawab :
y = Log
·      Dik : x = 3,22
  t = 10 menit
   m = 0,1 g
     Dit : y….?
     Jawab :
y = Log
·      Dik : x = 3
  t = 15 menit
   m = 0,1 g
     Dit : y….?
     Jawab :
y = Log
·      Dik : x = 2,92
  t = 20 menit
   m = 0,1 g
     Dit : y….?
     Jawab :
y = Log
·      Dik : x = 2,8
  t = 25 menit
   m = 0,1 g
     Dit : y….?
     Jawab :
y = Log
Tabel Model Biasa
x
y
3,7
2,27
3,22
2,51
3
2,65
2,92
2,77
2,8
2,85





Tabel Model Least Square
X
Y
Xy
X2
3,7
2,27
8,399
13,69
3,22
2,51
8,0822
10,3684
3
2,65
7,95
9
2,92
2,77
8,0884
8,5264
2,8
2,85
7,84
7,84
∑x = 2,9
∑y = 2,576
∑Xy = 7,4704
∑X2 = 8,41

4.4 Diskusi
4.4.1Masalah yang dihadapi pratikkan
·         Kesalahan dalam pembacaan skala pada buret titrasi
·         Kesalahan dalam pengocokkan campuran larutan dan adsorben
·         Kesalahan yang dilakukan pratikkan dan sebagainya.
4.4.2 Pertanyaan
1. Jelaskan tahap – tahap pembuatan arang aktif?
Jawaban :
a.       Metode Tradisional
Metode pembuatan arang aktif tradisional dapat dibuat dengan menggunakan drum. Bahan yang akan dibakar dimasukkan kedalam drum yang terbuat dari plat besi. Kemudian dinyalakan sehingga bahan baku tersebut terbakar. Pada saat pembakaran, drum tersebut ditutup rapat dan hanya ventilasi yang dibiarkan teruka sebagai jalan keluarnya asap. Ketika asap yang keluar berwarna kebiru- biruan, ventilasi ditutup dan dibiarkan selama kurang lebih 8 jam atau satu malam. Dengan hati-hati tutup drum dibuka dan dicek apakah masih ada bara yang menyala. Jika masih ada bara yang menyala, drum ditutup kembali.
Perlu diperhatikan tidak dibenarkan mematikan bara yang sedang menyala dengan menggunakan air karena dapat menurunkan kualitas arang tersebut.
b.      Metode  yang telah diperbaharui
Metode pembuatan arang aktif yang telah diperbaharui dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu :
·         Tahap Pengarangan ( Karbonisasi )
Pada tahap ini, bahan baku mengalami dekomposisi dan menghasilkan arang yang memiliki keaktifan atau daya serap yang rendah dan luas ermukaan hanya beberapa mm2/gr karbon, sedangkan unsur-unsur non karbon, hydrogen, oksigen, sebagian dilepaskan dalam bentuk gas melepaskannya.
·         Tahap pengaktifan ( Aktivasi )
Proses aktifasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktifasi adalah suatu perlakuan terhadapa arang yang bertujuan untuk memperbesar pori, yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul – moleku ermukaan sehingga mengalami perubahan sifat, baik sifat kimia maupun sifat fisika yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruhterhadap daya adsorbsi.

2. Tuliskan zat – zat aktifator yang digunakan dalam proses aktifasi?
Jawaban :
·         Aktifasi Kimia
Aktifator yang digunakan bahan bahan kimia hidroksida logam alkali, garam-garam karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah khususnya ZnCl2, asam-asam anorganik sepeti H2SO4 dan H3PO4.
·         Aktifasi Fisika
Aktifasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organic dengan bantuan panas, uap, CO2. Bahan baku terlebih dahulu dibuat menjadi arang, kemudian arang tersebut digerus lalu diayak dan selanjutnya diaktifasi. Pada aktifasi ini biasanya arang dipanaskan dalam furnace dengan temperature ( 600 – 900) o C.
3.Jelaskan fungsi dari arang aktif?
Jawaban :
·         Industri obat dan makanan untuk menyaring dan menghilangkan baud an rasa pada obat dan makanan.
·          Industri gula untuk penghilangan zat-zat warna dan menyerap proses penyaringan menjadi lebih sempurna.
·         Industri minuman keras dan ringan untuk menghilangkan baud an warna pada minuman.
·         Pembersih air untuk penghilagan bau, warna dan resin
·         Katalisator untuk reaksi katalisator vinil chloride dan vinil acetate
·         Budidaya udang untuk pemurnian, penghilangan ammonia dan logam berat.
·         Kimia perminyakan untuk penyulingan bahan mentah
·         Pemurnian gas untuk menghilangkan sulfur, gas beracun dan bau asap
·         Pelarut yang digunakan kembali untuk penarikan kembali berbagai pelarut.
·         Pengolahan pupuk untuk pemurnian dan penghilangan bau








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.    KESIMPULAN
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi adsorbs
·      Kecepatan Pengadukan, kecepatan pengadukan berpengaruh pada kecepatan proses adsorbsi dan kualitas bahan yang dihasilkan. Jika pengadukan terlalu lambat maka proses akan berjalan proses adsorbs akan berjalan lambat juga. Tetapi jika pengadukan terlalu cepat aka akan muncul kemungkinan struktur adsorbat mengalami kerusakan.
·      Luas Permukaan, Semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak zat yang teradsorbsi.
·      Jenis dan Karakteristik Adsorban, jenis adsorben yang digunakan umumnya adalah karbon aktif. Ukuran partikel dan luas permukaan karbon aktif akan luas permukaan karbon aktif akan menentukan tingkat dan kemampuan adsorbsi. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat adsorbs yaitu tingkat adsorbs naik jika ukuran partikel kecil. Leh karena itu adsorbsi menggunakan PAC ( Powdered Acivated Carbon ) lebih cepat dibandingkan menggunakan karbon GAC ( Granular Acivated Carbon ). Kapasitas total adsorbs karbon tergantung pada luas permukaannya. Ukuran partikel karbon tidak mempengaruhi luas permukannya. Oleh sebab itu GAC atau PAC dengan berat yang sama memiliki kapasitas adsorbs yang sama.
·      Jenis dan Karakteristik Adsorbat, jenis adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorbsi dibandingkan rantai yang lurus. Kemampuan adsorbs adsorbat biasanya akan meningkat jika memiliki polarisabilitas dan berat molekul yang tinggi.
·      Kelarutan Adsorbat, senyawa yang terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya sehingga lebih sulit diadsorbsi dibandingkan senyawa tidak larut.
·      Struktur molekul adsorbat dan konsentrasinya, hidrofil dan amino dapat mengurangi kemampuan adsrbsi, sedangkan nitrogen meningkatkan kemampua tersebut. Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben
·      pH, tingkat keasaman adsorbat berpengaruh pada proses adsorbs. Asam organic lebih mudah terabsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbs basa organic efektif pada pH tinggi.
·      Temperatur, naik turunnya tingkat adsorbsi dipengaruhi oleh temperature. Pemanasan adsorben akan menyebabkan pori-pori adsorben terbuka sehingga daya serapnya meningkat. Tetapi pemanasan yangterlalu juga dapat membuat struktur adsorben rusak sehingga daya serapnya menurun.
2. Konsentrasi CH3COOH 0,01 N ; CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH 0,004 N ; CH3COOH 0,05 N  setelah diadsorbsi dengan arang aktif adalah 0,00126 N
3. Volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH 0,01 N ; CH3COOH 0,02 N ; CH3COOH 0,03 N ; CH3COOH 0,004 N ; CH3COOH 0,05 N  adalah 0,1 ml ; 0,3 ml ; 0,5 ml ; 0,6 ml ;0,8 ml
5.2.    SARAN
·         Sebaiknya pratikkan mempelajari cara kerja dan landasan teori sebelum pratikum agar tidak terjadi kesalahan selama pratikum.
·         Diharapkan agar penggunaan alat yang terbatas dan alat yang tidak valid tidak membuat percobaan kurang efisien
·         Sebaiknya pratikkan berhati-hati dalam melakukan titrasi, karena satu tetes titrat sangat berpengaruh terhadap hasil akhir titrasi, sehingga bias menjadikan data kurang valid.
·         Sebaiknya dalam pengenceran larutan yang dipakai adalah larutan induk yaitu larutan yang paling pekat atau konsentrasinya tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Bird tony.  Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk Universitas. Penerbit PT Gramedia     Jakarta. Jakarta.
2.      Sudjadi. 1987. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Jakarta.
3.      Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.


[1] Bird tony.  Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk Universitas (Jakarta: PT Gramedia), hlm. 90-92.

1 Bird tony.  Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk Universitas ( Jakarta: PT Gramedia), hlm. 90-92.

2 Sudjadi. Kimia Farmasi Analisis ( Jakarta: Pustaka Pelajar,1987), hlm. 135.
3Sukardjo. Kimia Anorganik ( Jakarta: Rineka Cipta,1990), hlm. 290-295.

3Sukardjo. Kimia Anorganik ( Jakarta: Rineka Cipta,1990), hlm. 290-295.
3Sukardjo. Kimia Anorganik ( Jakarta: Rineka Cipta,1990), hlm. 290-295.
3Sukardjo. Kimia Anorganik ( Jakarta: Rineka Cipta,1990), hlm. 290-295.